- Rangga Umara -
Kalimat di atas bisa jadi suatu pecutan semangat ketika
akhirnya diri ini ber-azzam untuk menjelajah tanah air tercinta, selalu
mendekat pada-Nya, bersujud di tempat berbeda di tanah-Nya, menggapai kaki langit
ciptaan-Nya. Alhamdulillah, awal bulan Mei 2013 lalu kaki ini berkesempatan
menjejak di tanah tertinggi Pulau Lombok, 3726 mdpl (yang konon sebelum letusan
dahsyat sekitar 1 juta tahun yang lalu ketinggiannya mencapai 5000 m, sumber disini).
Rinjani, gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Jaya Wijaya (Papua) dan
Kerinci (Sumatera), gunung favorit bagi pendaki local maupun mancanegara
(kemudian terbukti ketika selama pendakian dan di perkemahan bertemu para
“bule” Asia hingga Eropa J),
dan namanya pun telah tersohor di dunia.
Jadilah Mei is for Lombok!
Tulisan kali ini adalah tentang perjalanan menuju Lombok J
Sabtu, 4 Mei 2013
Perjalanan pun dimulai. Beban carrier di pundak kali ini
terasa sangat berat. Pasalnya sudah lama sekali tak dipanggul dan terisi
berbagai logistic, apalagi untuk perjalanan kali ini, estimasi perbekalan 8
hari. Sungguh effort luar biasa hingga akhirnya metromini AC Cileungsi-Senen
mengantarkan diri ke stasiun Senen, tepat pukul 13.30 berkumpul dengan ratusan
carrier besar lainnya (benar-benar peak-season, sepertinya yang lain banyak yang
akan menjamah Mahameru atau Rinjani juga?). Dan akhirnya sesuai dengan jadwal, peluit
panjang tanda kereta berangkat dibunyikan (kali ini bukan tentang pertandingan bola
yang berakhir :D),
walau sempat khawatir karena seorang anggota jamaah kali ini belum juga datang
ketika waktu sudah hampir menunjukkan pukul 14.10, jadwal keberangkatan
Kertajaya Jakarta-Surabaya.
Kehidupan di kereta selalu mengesankan dan luar biasa! Bercengkerama,
tertawa bersama yang lain, menikmati indah hamparan hijau kekuningan sawah di
sore hari, memanjakan mata dengan jajaran lampu yang sedikit berkelap-kelip
bagai kunang-kunang di perkampungan entah kota kabupaten atau kecamatan di
kejauhan lintasan kereta, penjual yang sedari awal perjalanan telah sibuk hilir
mudik menjajakan dagangannya, dan akhirnya bersiap menyambut mentari yang
menenteramkan esok hari, bersiap dengan kehidupan yang baru di hari baru di
kota baru J
23.05, makan malam sederhana, nasi pecel khas Gambringan,
daerah mana? Entahlah! GPS diHP menunjukkan kota terdekat adalah Purwodadi. Sedikit
berbincang dengan si ibu penjual nasi pecel, jam 10 malam memasak kemudian
mandi dan bergegas naik kereta (nyaris saja malam ini beliau tertinggal kereta,
tepat ketika penjaga stasiun memberi tanda agar kereta berangkat, beliau
berhambur mengejar kereta, dan jika tidak berhasil itu berarti entah apa yang
akan dijadikan modal malam berikutnya). Ya, beliau menjajakan seetangkup nasi
dan sayuran yang disiram bumbu kacang berbalutkan daun pisang, yang tak kalah special
adalah tambahan 2 lembar peyek kedelai.
“Keretanya datang malam, mbak.. jualannya
yo malam.. kembali dari Cepu naik kereta barang”, tuturnya penuh keramahan
dengan logat jawa yang kental.. kemudian ibu itu kembali memanggul bakul
jualannya di atas kepala, “nasi nasi... nasi
pecel... panas”….
Yaa… masih panas, enak, dan murah! Cukup dengan selembar
5.000 rupiah J
Hingga
tengah malam, bahkan menjelang kereta mencapai tujuan, para penjual di kereta
ekonomi yang mengantarku dan penumpang lainnya menuju Surabaya masih dengan
penuh semangat mondar-mandir dari satu gerbong ke gerbong lainnya, menawarkan
apa saja di tengah penumpang yang sudah tumbang karena kantuk, menawarkan apa
saja yang mereka bawa, nasi pecel, nasi rames, tissue, rokok, permen, minuman
dingin atau panas, oleh-oleh khas daerah, jenang, brem, bahkan baju batik, blangkon,
tas, boneka, senter, dan barang-barang murah meriah lainnya, tapi tetap
bermanfaat :)
Minggu, 5 Mei 2013
03.30, touching down Pasar Turi station. Alhamdulillah…
Hari ini Minggu, tiba di ibu kota provinsi kelahiranku, Surabaya. Aku cukup
mengenal kota ini dan segala hal yang perlu diwaspadai. Aku menyampaikan pada
semuanya agar tetap berhati-hati. Untungnya ada seorang kawan lama rekan
perjalananku yang bersedia menjemput dan menemani kami keliling kota Pahlawan
sebelum akhirnya mengantar kami ke Juanda International Airport.
08.55,
ketika mobil yang kami tumpangi berhenti di lampu merah persimpangan jalan kota
Surabaya, ketika mataku menangkap adegan itu. Seorang kakek menikmati
sarapannya, nasi kotak, di bawah rindang pohon di perbatasan jalur jalan. Entahlah,
boleh jadi itu sarapan dan makan siang yang digabung…
Ini hari Minggu di Surabaya, seperti halnya di
Jakarta, jalanan cukup lengang. Karena ini mungkin pertama kali bagi yang lain,
tentunya mengunjungi landmark Jawa Timur yang terkenal menjadi suatu bonus
perjalanan. Adalah jembatan Suramadu dan ITS menjadi kunjungan kami. Ini juga
pertama kali bagiku melintasi Suramadu, yang ternyata adalah jalan tol yang “istimewa”,
karena para pengendara roda dua alias motor, juga bisa menyeberangi jembatan
ini dengan tariff Rp.7.000 (kalo ga salah). Sedangkan untuk roda empat?
Tarifnya cukup mengagetkan, Rp.30.000. Padahal panjang jembatan ini hanya 5 km. J
14.40, jadwal Citylink SUB-LOP. Dan pukul 11.00 kami pun
menuju Juanda, check-in, sholat dzuhur+ashar, naik pesawat J
Tapi karena ada kunjungan SBY ke Jawa Timur (aku pun tahu beliau
baru saja pulang mengunjungi kampung halamanku untuk membuka peresmian latihan marinir
di Karang Tekok), lintasan akan digunakan rombongan kenegaraan tersebut dan
kami sebagai wong cilik harus bisa legowo karena delay. Untungnya tidak terlalu lama, sekitar 15.20 pesawat pun take
off.
Luar
biasa pemandangan dari atas langit, terlihat Suramadu yang seakan mengambang di
atas selat Madura, menghubungkan kota super sibuk Surabaya dan Pulau “Garam”
Madura. Setelah hampir satu jam, tak terasa sudah terlihat barisan gunung di
atas pulau Lombok, dan salah satunya kuyakini sebagai Rinjani, tujuan utama
kami :)
Finally…. Welcome, Lombok! J
The
last but not least, sebelum lanjut ke part #2, kenalan dulu nih sama semua personel yang berangkat bareng dari Pasar Senen menuju Lombok dan ngebolang sebentar di
Surabaya J
Riza, it's me! :)
Madam Sefni, pimpinan jamaah mamah dedeh.
Rantau Wijaya, temennya Bang Jaja, yang jemput di Pasar Turi, nganterin muter-muter Surabaya, dan antar ke Juanda :) Thanks a lot, Bang!
Wewentika,
Karom keseluruhan perjalanan
Ukh Ade,
ketemuan di Surabaya karena doski ada tugas kenegaraan di Banjarmasin dan
berangkat sendiri dari Bandara Syamsudin Noor.
BangJaja al mukarrom, tausiah dari gerbong ke gerbong selama di kereta, katanya!
BangJaja al mukarrom, tausiah dari gerbong ke gerbong selama di kereta, katanya!
Rantau Wijaya, temennya Bang Jaja, yang jemput di Pasar Turi, nganterin muter-muter Surabaya, dan antar ke Juanda :) Thanks a lot, Bang!
To be continue…. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan buat curcol Anda tentang postingan ini :)
terima kasih atas komentarnya
riza