Pages

Melatih Kemandirian Anak day#1 : edisi sembelit perdana

"Ibuk, Awwa mau pupup", dan kemudian anaknya langsung ke kamar mandi.

Ini bukan hari pertama Arrayyan berhasil ke toilet untuk BAB maupun BAK. Sejak usianya 1.5 tahun, saat kami masih di BSD, saya sudah sounding bahwa Arrayyan sudah harus 'pupup' dan 'pipis' di kamar mandi. Saat itu komunikasinya belum jelas tapi saya sudah bisa membedakan saat itu mengkomunikasikan untuk BAB mapun BAK. 

Qadarullah, sejak 28 Desember 2019 semua rencana yang sudah dibuat harus diterima jika pelaksanaannya tidak sesuai. Ya, karena Arrayyan tidak bisa 24/7 bersama saya yang juga harus mengantar Nyai-nya ke RS, Arrayyan baru bisa terbebas dari pospak sekitar 1 bulan terakhir, atas permintaannya sendiri. 

*****

Yang paling membuat kocak saat pertama kali dirinya bilang, "Ibuk, Awwa ini pakai mpes kan, pipis sini ya"

Saya yang baru saja selesai mandi dan bebersih sepulang dari RS auto mendelik, "loh Arra kalau sudah ngerasa mau pipis, ke kamar mandi donk, Nak!"

"Gapapa, Ibuk! Sekali ini aja, plisss", pintanya...

"Nggak, ayo ke kamar mandi!", tegas saya, tapi terlambat, ternyata dia beneran sudah pipis donk :-D

"OK, mulai sekarang pipis ke kamar mandi ya! Pupup juga!", ada jeda dalam perintah saya, menerapkan komunikasi produktif saat itu.

"Arra kan sudah besar, sudah bisa ngomong, ke kamar mandi ya, Nak!", ia pun mengangguk.

"Arra sayang, kalau bayik pipis sama pupup di pampers karena cuma bisa nangis, Arra kan sudah bisa ngomong ya?", saya rasionalkan penjelasan saya, in ibukan pernyataan pertama untuknya, harapannya dengan terus mengatakan hal ini ia paham.

"OK, jadi kalau mau pipis dimana?", tanya saya

"Kamar mandi!" , jawabnya

"Kalau mau pupup?"

"Kamar mandi!"

"Yang boleh pipis sama pupup di pampers siapa?"

"Bayi", alhamdulillah sudah tau, "sama Nyai", lanjutnya...

"Iya, kalau Nyai kan karena sakit, gak kuat ke kamar mandinya ya. Arra kan bisa jalan dan lari langsung ke kamar mandi ya, Nak!", jelas saya yang semoga tidak membuat ia kemudian beralasan minta pakai pospak lagi saat sakit :-D

*****

Kembali ke hari ini, ada banyak sekali amanah di tanggal 1 Oktober 2020 ini yang harus saya tunaikan. Karena saya sedang bertanggung jawab menjadi ketua pelaksana Pekan Menggendong Sedunia 2020 di sebuah yayasan, juga ada official pre-order produk baru yang saya jual, lumayan sekali kejar-kejaran pekerjaan domestik dan ranah publik.

Saat Arrayyan mengatakan ingin BAB, saya persilakan untuk langsung ke kamar mandi karena saya sedang menyimak jalannya grand launching acara. "Coba cebokan sendiri ya, Nak."

Ya, saya spontan memerintahkan untuk bisa mulai bebersih diri saat BAB. Tapi saya lupa kalau anak ini masih berproses, ia memang sudah bisa bebersih saat BAK, tapi tangannya belum lentur untuk benar-benar sampai pada tahap bersih sesuai ajaran Islam (thaharah).

Akhirnya, 15 menit lebih Arrayyan di kamar mandi, terdengar panggilannya yang meminta tolong, bukan untuk 'cebokan', tapi bilang, "Ibuuuk... Awwa susah ih pupupnya", nah loh...
Buyar sudah konsentrasi Ibuk. Langsung saya hampiri Arrayyan dan berusaha membantunya dengan memijat bagian tulang ekornya. Tak tega saya melihat wajah piasnya, dan ternyata memang dia sedang kesulitan mengeluarkan tinja padahal sudah merekah bahkan hingga bagian depan (miss V-nya). 

Sampai akhirnya tangis kesakitannya pecah karena sudah berusaha sekian lama tidak juga membuahkan hasil. Saya terpaksa mengeluarkannya dengan paksa dan ia berteriak. Maaf ya, Nak...

Ya, ini adalah pertama kalinya Arrayyan sembelit. Evaluasi makanan, seminggu terakhir nampaknya memang kurang makan serat, dan air yang dikonsumsi juga masih sedikit. Seharusnya untuk bayi 35 bulan konsumsi air putih berapa banyak ya? Hmmmm... Membersamai anak bukan hanya evaluasi tumbuh kembangnya, tapi juga evaluasi diri bagi ibu/ayah.

*****

Melatih kemandirian anak, apalagi masih batita, bukanlah pekerjaan mudah seperti memintanya membuang sampah pada tempatnya. Perlu pendampingan yang cukup serius dari kita orang tua. Jangan sampai ia merasa trauma, atau bahkan merasa ditinggal padahal ia belum cakap betul motorik halusnya. Dan, yang terpenting adalah kesiapan keduanya, baik anak dan orang tua :-)

Semangat untuk hari esok! Perjalanan membersamai anak bukanlah soal 1-15 hari, tapi ini adalah bekal untuk kemandiriannya di masa depan.

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike1
#tantangan15hari
#gameZona2
#BundaSayang
#MelatihKemandirianAnak
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Pantulan Warna Komunikasi Produktif

Kalau ditanya warna apa yang menggambarkan petualangan saya di Pulau Cahaya kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional kali ini, jawaban pertama yang saya adalah: MEJIKUHIBINIUHIPU, yups warna pelangi yang sungguh indah plus hitam & putih 😂

Banyak ya warnanya ~~~

Karena memang di luar tantangan sesuai tema materi yang ada, banyak tantangan lainnya yang saya hadapi. Hingga akhirnya kemaren sepulang dari RS, driver ojol yang mengantar kami pulang bercerita banyak hal. Terutama tentang keputusan besar saya menjadi Ibu yang membersamai anak(anak) di rumah. Obrolan ini membuat saya berpikir berulang kali tentang cerita saya di tantangan hari pertama, tentang kembali berkarya di ranah publik. Hmmm....

Suatu kalimat yang saya ingat betul, Bapak Driver bilang,

"Kalau istri di rumah, suami bekerja di luar pun akan lebih tenang. Dan yakin aja, rejeki yang Allah kasih itu pasti 2 kok! Apalagi mbaknya ngurusin Ibu yang sedang sakit gini. Kalau gak sekarang, nanti pasti akan kerasa kok, keberkahan dan kelapangannya..."

Masyaa Allaah... saya langsung berkaca-kaca....

Apalah saya ini yang masih sering berpikir tentang materi, tentang dunia, padahal semua yang kita punya hanya titipan semata, amanah yang harus kita jaga. Apalagi anak. Ada banyak orang menantikan buah hati, dan harusnya saya betul-betul menjaganya sepenuh hati. Karena amanah ini langsung dari Allah. "Pekerjaan" yang "gaji"-nya Allah sudah janjikan, yaitu SURGA!

Anak, fitrahnya baik, jangan sampai kita cederai!

Anak mungkin tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng-copy!

Betul sekali quotes di atas, beberapa celotehan Arrayyan menjadi bukti hasil copying Ibuknya. Ketika Ibuknya sering mencari alasan, anaknya gak kalah jago. Ketika Ibuknya memerintah sesuatu yang diinginkan atau melarang yang tidak diinginkan, maka anak pun akan sama menyuarakannya dengan sangat lantang. Bahkan ketika expresi marah yang dikeluarkan Ibuk, anak pun dengan sangat baik menirunya.

"Ibuk, minumnya duduk!"

"Ammah, HP sama laptopnya taro kalau lagi makan! Nanti Ibuk marah loh!"

"Adzan, Buk! Taro HP-nya!"

"Awwa tapi mau makan dulu, mandinya ntar aja, ini harus habis loh, Buk!"

"Ayah tuh, gak pulang-pulang, Awwa marah!"

dsb...

dst...

Perjalanan menjadi seorang Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga, sangatlah panjang. Aral rintang tidak mudah. Tapi bukan berarti menyurutkan langkah. Seperti halnya hobby yang saya nikmati selama ini, seperti halnya mendaki gunung, semoga sabar semakin luas dan nalar semakin panjang, agar emosi dapat diredam semakin dalam.

Komunikasi Produktif ini mengingatkan saya bahwa sebagai Ibu, saya harus lebih membumi lagi dengan bahasa anak yang sungguh sangat sederhana, agar dampaknya bisa mengangkasa, dirasakan semesta, untuk masa depan yang gemilang.

sumber: google

Pantulan warna bumi, biru dan hijau, yang juga ada titik putih, kuning, bahkan merah, yang terlihat dari angkasa sungguh memukau. Hijau yang menyegarkan, dan biru yang meluaskan pandangan. Seperti itulah kiranya kiasan saya dalam tantangan 15 hari Komunikasi Produktif kemaren, dimana saya belajar meluaskan sabar (warna biru) dan menemukan 'oase' (warna hijau) dalam meredam emosi (putih-kuning-merah) saat berkomunikasi baik dengan pasangan, anak, maupun orang-orang di sekitar saya.

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#aliran rasa
#pantulanwarna
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#15 : SABAR & KONSISTEN adalah KOENTJI

"Arra, bobok yuk!"

"Baca buku dulu ya, Buk"

"Ok, mau baca buku apa?"

"Putri yang kurang sabaran", anaknya bersegera mengambil bukunya...

"Ini judulnya apa?"

"Bagaimana...", tampak berpikir sejenak...

Ibuk membantu, "Tum..."

"Tumbuhan... hmmm... tanpa internet"

"Loh kok tanpa internet?"

"Hmmm.. Awwa ga tau, buk!"

"Bagaimana Tumbuhan Bisa.... ?"

"Tumbuh"

Ibuk mulai membuka buku, "Bìsmillaahirrahmaanirrahiim", diikuti bocah yang juga membeo
"Kebun impian putri yang kurang sabaran. Alkisah..."

"Awwa mau minum air putih dulu ya, Buk", #interupsi pertama

Kok lama (?)
"Ra?"

"Iya?"

"Ayo bobok, biar nanti segeran. Mau ngaji lagi kan?"

"Iya, tapi baca buku dulu ya."

"Arra sini, selesai baca bukunya langsung bobok ya"

"Oke deh, Ibuk", sambil mengacungkan jempolnya ^^
Guayamu, Nak 🤣

Ibuk melanjutkan membaca bukunya... lembar ke-2, belum selesai, #interupsi lagi

"Awwa minum air putih lagi ya, buk, haus nih"
Ibuk tidak menjawab, anaknya langsung beranjak ke arah dapur...

Hmmm.. Nampaknya anak ini sedang teralihkan fokusnya karena Ammahnya sibuk getok2 dan blender makanan. Baiklah, Ibuk melipir sejenak...
Drama banget ya mau tidur siang doang 🙈
Padahal mah Ibuknya senang banget kalau disuruh tidur, dasar aku mah 😝
Baiklah, Nak...

"Awwa, Ibuk bobok duluan ya", jeda sejenak...
"Kalau mau ngaji harus bobok dulu ya. Kalau ga bobok siang, nanti Awwa kecapek'an"

Selang beberapa menit, Ibuk cek sudah pules aja si bocah di kasurnya ditemani Ammahnya. Ya, orang dewasa lah yang harus memahami anak. Karena orang dewasa pernah menjadi anak-anak, sedangkan anak-anak belum pernah menjadi orang dewasa to 😃 

Prinsip #KomunikasiProduktif yang akhir-akhir ini Ibuk praktikkan secara konsisten adalah mengendalikan intonasi suara dan menggunakan suara ramah. Kalau si bocah udah mulai menyulut emosi, tarik nafas dalam-dalam, diam sejenak dan istighfar...

Alhamdulillaah, Ibuk sudah tau bahasa cinta Arrayyan adalah bahasa sentuhan. Dan ajaibnya, ketika Ibuk sudah memeluk Arrayyan, emosi itu terkikis dengan sendirinya. Masyaa Allaah...


Tantangan 15 hari komunikasi produktif di kelas Bunda Sayang ini Ibuk tutup dengan 5 bintang besar atas temuan hari ini ⭐⭐⭐⭐⭐

 

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike15
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#14

"Huwwaaaaa....", pecah tangisnya saat adzan Maghrib baru akan selesai..

Segera kuhampiri dan memeluknya, "sakit ya, Nak?", kucoba berempati.

"Hiyyaaa... hiks.... hiks....", tangisnya coba diredam sendiri...

Kubiarkan dirinya larut dalam pelukanku, kugendong sepenuh hati.

Saat tangisnya benar2 sudah mereda, kududukkan di pangkuan, kucermati bibir bawahnya yang luka, kubuka mulutnya, ada sedikit darah segar di gusi bawahnya. Kugendong lagi menuju kulkas, kuambil sebongkah kecil es batu kotak.
"Diemut, Nak. Udah lama ga makan es batu kan?", hiburku...

Sulungku mencoba tersenyum dan mengiyakan pertanyaanku.
Tiba2, gemelutuk giginya menggigit es batu 😃

"Udah ga sakit?"

"Sakit, dikit"

"Alhamdulillaah...", jeda sejenak sambil menatap matanya penuh sayang...

"Arra sayang, maafkan Ibuk ya gak lihat Arra tadi. Arra mau apa emangnya?"

"Biskuit"

"Ooh.. Arra mau biskuit to. Tapi tadi kan lagi adzan. Arra tau kan kalau adzan berarti harus ngapain?"

"Dengeyin"

"Iya, anak shalihah. Kalau ada adzan, dengerin dulu, jawab adzannya, terus siap-siap sholat kan ya?"

"Iyak"

*****

★★★★★ 5 bintang untukmu, wahai Ibu Pembelajar!
Apresiasi untukmu karena sudah berhasil mengerem emosi dengan sangat sempurna, walau kutahu gemuruh emosi itu menggelora begitu kencang ❤❤❤❤❤

 

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike14
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#13 : Ngeyelan? Melelahkan? Cukup Tarik Nafas Panjang

"Ammaaah.. Awwa mau jajan!" 

Aku panggil si bocah yang baru masuk rumah dan langsung teriak2 minta jajan,
"Emang ada duitnya, Nak?"

"Ada, itu di meja"

Yang kuingat di meja ada stoples kecil uang koin,
"Arra, duit yang di meja kan buat kalau ada pengamen katanya?"

"Bukan itu, ibuk. Yang 2ribuan"

"Itu duit siapa?"

"Duit Awwa"

"Dikasih siapa?"

"Ammah"

"Coba Ibuk tanya Ammah"
Kutanya ammahnya dia ga kasih, itu duit kembalian belanja .. 

"Tuh, Arra dengar kan?", ada jeda sejenak sembari kutatap matanya
"Itu duit buat belanja ya"

"Gapapa, Ibuk. Awwa nanti kembalian, buat nabung ke ka'bah"

Belajar #KomunikasiProduktif ke anak kayak naik ke puncak gunung, terus menanjak walau kadang cuma 20°, ga bisa dihindari juga kemiringannya bisa bikin sampai merayap 🙈

Tetap semangat, wahai Ibu Pembelajar! 5 bintang untukmu hari ini yang menarik rem emosi di tengah semua tekanan yang kau hadapi ⭐⭐⭐⭐⭐


Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike13
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#12 : AKTIF, POSITIF, SOLUTIF

Mendapat semangat terkait makna Komunikasi Produktif, kaitannya dengan silent treatment yang merupakan metode orang-orang dengan paham "DIAM ADALAH EMAS".

Gak semua "diam adalah emas" bisa berlaku! Apalagi kalau terus menerus diterapkan, terutama bagi pasutri. Karena prinsip komunikasi produktif dengan orang lain salah satunya adalah "SELESAIKAN MASALAH SAMPAI TUNTAS". 


Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike12
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#11 : Fokus pada Solusi

"Arrayyan, ayo buang sampah di tempatnya!", Ibuk membantu memungut sampah di depan kamar Nyai dan menyerahkannya ke Arrayyan.

Setelah ia membuang sampah, Ibuk perintahkan kembali mengambil kain lap untuk membersihkan sisa-sisa air dan makanan yang berserakan.

"Arra tau kan kalau Nyai masih sakit?", Ibuk menatap mata Arrayyan, menguncinya agar menyimak kuliah singkat ini.

"Arra bantu Nyai biar gak jatuh lagi ya, Nak! Arra kan pernah ya jatuh karena kepeleset, kalau ada air atau sampah gitu lantainya bisa licin. Bukan cuma Nyai yang beresiko jatuh, Arra juga kalau jatuh sakit kan ya?!"

Dan Arrayyan hanya mengangguk-angguk. Semoga Arrayyan benar-benar paham ya, Nak!

★★★★ 4 bintang cukup untuk mengendalikan emosi dan menegaskan solusi yang diberikan.


Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike11
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#10 : Pujian dan Kritik pada Sikap/Perbuatan Anak

Senangnya jika membangunkan Arrayyan tanpa drama.

"Assalamu'alaykum, anak Shalihah! Masyaa Allaah sudah bangun, mau langsung mandi ya?"

"Iya", dan langsung bergegas ke kamar mandi...

Alhamdulillaah seminggu terakhir, setiap Ibuk akan mengantar Nyai ke Rumah Sakit di hari Selasa dan Jum'at, Arrayyan bangun tanpa drama dan langsung mandi sesaat setelah adzan Subuh berkumandang, kemudian ikut sholat berjama'ah dengan Ibuk. Bahkan, saat mobil bersiap berangkat, Arrayyan berdiri di depan rumah sendirian sambil melambaikan tangan. Masyaa Allaah, tabaarakallaah...

Sepulang dari Rumah Sakit, seusai bebersih diri, Ibuk pun tak sabar langsung menemui Arrayyan.

"Arra terima kasih ya tadi sudah bersikap baik, mulai dari bangun pagi, mandi, sampai dadah-dadah sama Ibuk dan Nyai. Ibuk bahagia sekali", kupeluk tubuhnya dan kuhujani dengan ciuman.

"Iya, Awwa sayaaaang sama Ibuk!", balasnya 

Entah apakah Arrayyan mengerti dengan pujian yang Ibuk berikan. Semoga bisa terus berproses bersama ke arah yang lebih baik ya, Nak!

★★★★★ Alhamdulillaah, 5 bintang dan semoga Ibuk juga lebih objektif dalam memberi pujian maupun kritik yang membangun.


Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike10
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#9 : Repetisi dalam memahami aturan

Usianya belum genap 3 tahun, maka saya yakini bahwa Arrayyan masih butuh pengulangan dalam memahami apa yang saya inginkan. Ini bukan memaksakan keinginan saya. Tapi ini adalah tentang nilai dasar yang ingin saya sampaikan.

Seperti halnya kemaren, saya mengulang apa yang saya inginkan, sembari mengkonfirmasi langsung ketika akhirnya pertanyaan, "Arra masih dihukum, buk?", kembali terulang dari mulut mungilnya.

"Arra sayang, Ibuk cuma mau Arra mainnya dekat-dekat ya"

"Iya"

"Arra kalau keluar rumah harus pamit ya, Nak!"

"Iya"

"Di luar masih banyak virus kan ya, jadi harus pake apa kalau mau keluar?"

"(mas)ker sama helm"

"Anak cerdas shalihah, Ibuk gak akan hukum kalau Arra ingat pesan Ibuk ya"

"Iya, maafkan Awwa ya, Buk!"

★★★★★ Alhamdulillaah, 5 bintang hari ini dan harus konsisten!


Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike9
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#8 : Katakan yang kita inginkan!

"Ibuk, Arra dihukum?"

Ya, beberapa hari Arrayyan saya hukum tidak keluar rumah setiap melanggar larangan saya.

"Arra, kenapa gak pamit? Ibu kan bingung cari Arra", ucap saya saat akhirnya menemukannya di gang sebelah.

"Arra, kenapa gak pake masker? Kan Arra tau sekarang masih banyak virus", 

"Arra kenapa minta jajan orang?"

"Arra kenapa rebut makanan orang?"

Saya selalu merasa menjadi orang tua gagal, saat anak saya menjadi anak kesayangan se-RT. Merasa apa yang saya himbau tidak diindahkan oleh lingkungan sekitar. Ingin rasanya saya berteriak, "WOY ANAK GUE KALAU KENAPA2 SITU GAK TAU PUSINGNYA KAN?!"

Mulai dari membiarkan anak saya terpapar layar dalam durasi yang sangat lama, memberinya susu UHT cokelat bahkan bisa 5 kotak ukuran 200ml, membiasakannya dikasih permen atau jajanan lainnya, dan sebagainya....

Sungguh, hati ini lelah. Kalau bukan karena keadaan yang tidak ideal, tidak rela rasanya saya menitipkan anak saya walau hanya 1-2 jam!

*****

Akhirnya saya pun tegas untuk menyampaikan keinginan saya kepada para tetangga sekalian di group RT. Karena lelah juga setiap ucapan saya hanya bisa ditanggapi, "namanya juga anak-anak, mbak"

Hal tersebut pun saya lakukan pada Arrayyan.

Prinsipnya adalah Katakan apa yang kita inginkan, bukan mengatakan apa yang TIDAK kita inginkan.

Larangan-larangan yang saya sampaikan sebelumnya kepada Arrayyan:
- Gak boleh main jauh-jauh ya!
- Kalau keluar rumah, jangan lupa pakai masker dan helm ya!
- Kalau mau keluar rumah, harus pamit. Kalau mau pindah ke rumah orang lain, pulang dulu untuk pamit lagi. Kalau sudah waktunya pulang, ya harus pulang!

Saya ubah struktur kalimatnya:
- Arra mainnya dekat-dekat rumah saja ya!
- Setiap mau keluar rumah, harus pakai masker dan helm!
- Siapapun yang ada di dalam rumah, harus pamit setiap mau keluar!
Adzan Dzuhur harus pulang (jika keluar rumah pagi hari), atau (sebelum) Adzan Maghrib harus pulang (jika keluar rumah sore hari), atau kalau mbah Eko (warung sebelah rumah) sudah tutup berarti waktunya pulang ya (jika keluar rumah malam hari, max setengah 9 malam)

Terus semangat untuk berkomunikasi yang lebih efektif dan produktif.

★★★ 3 bintang hari ini

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike8
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#7 : anak COPY-PASTE sekitarnya

 

Saat adzan dzuhur berkumandang,

"Ibuk, main yuk!"

"Bobok, Ra!", ibuknya menjawab tapi matanya masih sibuk dengan HP.

"Ibuk, taro HP-nya! Dengarkan! Adzan!"

#jleb #jleb #jleb

*****

Temuan hari ini adalah tentang pentingnya eye contact saat berkomunikasi. Selain tentu saja peringatan untuk Ibuk, ACTIONS SPEAK LOUDER THAN WORDS ^^

*****

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike7
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

 

Komunikasi Produktif day#6 : episode ngobrol bareng anak

kalimat tunggal VS kalimat majemuk

"Arra, ayo cepetan habiskan makannya setelah itu mandi siap-siap ikut Akung sama Uti jalan-jalan yuk!"

Yang kemudian ditangkap anak adalah: "CEPETAN JALAN-JALAN YUK!"
Betul begitu? 😁

Padahal, kita bisa memenggal kalimat tersebut menjadi beberapa aktivitas untuk diselesaikan satu per satu.

"Arra Sayang, yuk makannya segera dihabiskan!", bisa kita berikan jeda sejenak sampai anak mengangguk atau paham apa yang kita sampaikan. Kemudian, kita lanjutkan dengan kalimat berikutnya.

"Setelah makan, kita mandi ya! Biar segar dan haruuum!", berikan intonasi yang membuat anak akan bersemangat melakukannya. 

 

MISI : KISS (Keep Information Short and Simple

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka. Kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya. 😉

Adegan mengajak Arrayyan mandi itu sungguh drama. Nampaknya dia trauma karena pernah saya kurung di kamar mandi. Hikss... Maafkan Ibuk ya, Nak! Sungguh sesal yang kini terus menyapa.

"Arra Sayang, bangun yuk!", Saya hujani dia dengan ciuman.
Ini adegan saya setiap subuh atau bahkan menjelang subuh sebelum saya berangkat ke RS mengantar Nyai-nya. (Nyai = Nenek)

Sampai dia mulai merespon, mengulat, dan tersenyum, walau tidak membuka mata. Saya sampaikan pertanyaan yang bisa membangkitkan kesadarannya.

"Arra, Ibu sekarang kemana?"

"Rumah Sakit"

"Ngapain?"

"Antar Nyai!"

"Arra mandi yuk!"

"Gak mau!"

Oke, salah, harusnya bikin dia benar-benar bangun dulu 😁

"Arra, coba lihat ini jam berapa?"

Yes, berhasil juga membuatnya membuka mata, tapi hanya beberapa detik. Ibuk tidak boleh kehabisan ide!

"Arra, cium Ibuk donk!", kusodorkan pipiku, "Harum kan ya? Dingin gak pipi Ibuk?"

"Ibuk, sudah mandi? Iya?", uhuyyy akhirnya dia benar-benar membelalak.

15 menit habis hanya untuk membangunkan si bayik yang sudah bukan bayi 😁 Saya posisikan tubuhnya duduk, agar kesadarannya mencapai 100%. Berhasil.

Saya berikan pilihan, "Mau gendong apa jalan sendiri?", tentu saja yang dipilih adalah digendong! Haha...

"Kita mandi ya!", ada jeda sejenak. "Ibu ke Rumah sakit, Arra di rumah sama siapa?"

"Uti!"

*****

★★★★★ 5 bintang untuk komunikasi produktif bersama anak hari ini, sesederhana itu, sesederhana hanya menggunakan kalimat majemuk. Ibuk cukup menahan agar 20ribu kata tidak disalurkan sekaligus 😁 

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike6
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

 

Komunikasi Produktif day#5 : Mengenali Bahasa Tubuh

Katanya, bahasa tubuh adalah bahasa yang paling jujur.


Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%)

Contoh:
"Aku jujur. Sumpah berani mati!", ketika seseorang mengatakan hal tersebut namun matanya kesana-kemari tak berani menatap lawan bicaranya, nada bicaranya mengambang, maka pesan apa yang bisa kita tangkap? Sekedar kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih kita percaya? 

Bagi pasangan LDR seperti saya dan suami, agak sulit memang melihat gesture tubuh. Tapi ada sesuatu yang saya tangkap setiap kali suami saya menghindari suatu topik, misalnya pertanyaan, "Kapan pulang?" hahaa...

Ya, suami saya dengan intonasi diseret-seret dan senyum seolah tanpa dosanya itu, pasti kemudian akan mengalihkan pembicaraan. Walaupun saya berusaha memburunya dengan pertanyaan sama, tidak akan menemukan jawaban jika memang dia benar-benar belum mempunyai jawaban pasti. Saya hanya bisa bersabar, dan menunggu waktunya tiba.

Ah, ternyata komunikasi produktif ini saling terkait yaa ^^
★★★★★ 5 bintang untukmu yang terus bersabar, Za!

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike5
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#4 : Choose the Right Momen(Time)


Temuan hari ini luar biasa, menguras energi dan hanya menyisakan lelah hati. Hal ini dikarenakan partner di rumah (bukan suami, karena kondisi kami LDR), sedang memiliki banyak amanah. Hampir semua amanahnya adalah prioritas baginya. Sehingga tentu saja fokusnya terbagi. 

Harapan saya, kami bisa berbagi peran, atau setidaknya dia memahami kondisi yang telah saya jalani berbulan-bulan yang lalu, apa yang saya rasakan, ditambah tangki cinta yang sudah bocor disana-sini dan nyaris kering karena kondisi LDR. Tapi lagi-lagi saya harus melebarkan rentang sabar untuk bisa mengutarakan maksud saya ini, mungkin besok, atau lusa, hingga yang tercipta adalah sinergi.

★ 1 bintang untuk hari ini, tetap semangat!

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike4
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif day#3 : Choose the Right Time

Weekend pun tiba, hati gembira, saatnya bersuka cita, bersamaaa ~~~ #ceritanyasambildilagukan 🎧😁

Sebelum 1.5 tahun ini, weekend adalah waktu yang begitu menggembirakan bagi saya, karena itu berarti bisa 24 jam bersama suami. Tapi ternyata, ujian LDR ini meningkat ke level yang... ah... sudahlah jangan dibahas ya biar ga bikin baper berjama'ah ☠

 

Kelanjutan komunikasi produktif bersama pasangan yang saya terapkan hari ini adalah tentang pemilihan waktu berkomunikasi. Ini memang sudah saya rencanakan sedari hari pertama. Karena biasanya weekend lebih santai dan tenang, suasana hati biasanya pun akan lebih riang.

CHOOSE THE RIGHT TIME!

Bukan saja tentang waktu secara ekspilisit, tetapi juga tentang memilih waktu dengan melihat kondisi, good mood, perut kenyang misalnya, tentu akan mempengaruhi komunikasi.

Benar saja!
Saat di hari pertama yang lalu saya ceritakan tentang rencana saya kembali berkarya di ranah publik kepada suami dan saya khawatir akan terjadi perseteruan, maka keputusan tepat adalah dengan menunda pembicaraan tersebut. Bukan menyudahi begitu saja. Karena bagaimanapun, prinsipnya adalah SELESAIKAN MASALAH SAMPAI TUNTAS, Masalah apapun itu, sekecil apapun itu, jika masih mengambang atau menjadi ganjalan di salah satu pihak, harus dikomunikasikan dengan baik.

3.5 tahun menikah bukan berarti kami sudah benar-benar saling mengenal, karena ternyata masih sulit bagi saya membuat partner hidup saya ini berbicara dengan jelas tanpa membuat saya menunggu amat sangat lama dan menduga-duga apa yang sedang dalam benaknya...

Maka, memperluas ruang logika rasionalitas dan mempersempit celah perasaan walau sekedar menduga-duga adalah PR besar bagi saya.

Hari Sabtu ini mood saya dan suami sedang baik, komunikasi pun terjalin dengan sangat baik tentang tantangan, peluang, maupun plus minus berbagai hal yang terjadi jika saya kembali berkarya di ranah publik. 5 bintang di hari ini semoga membuat saya bisa terus konsisten ♥♥♥♥♥

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike3
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif: Clear and Clarify day#2

PR kemaren tentang kelanjutan komunikasi produktif bersama pasangan masih belum dilaksanakan.Tantangan hari ke-2 yang saya temukan ternyata adalah komunikasi dengan saudara.
Kaidah "CLEAR and CLARIFY" ternyata tidak hanya berlaku untuk pasangan, tetapi juga berlaku umum.

Saat di RS dengan jelas saya meminta tolong adik saya untuk mengambil menu catering Nasi Tim Saring (NTS) di Unit Produksi Makanan (UPM) seperti biasanya. Yang berbeda adalah menunya, biasanya Ibu saya mengkonsumsi menu cair (blenderized) melalui NGT, namun kali ini dicoba naik tekstur untuk mengunyah langsung secara oral untuk latihannya.

Sesampainya di UPM, adik saya mengirim pesan untuk mengkonfirmasi jenis makanannya. Saya pun sampaikan, "NTS atas nama Ibu Sri".

Selang beberapa waktu, mbak Adiska menanyakan apakah sudah diambil NTS-nya. "Adik saya sudah ke UPM sedari tadi, mbak. Ini saya ada di dalam poli Endoskopi THT"

Setelah selesai di poli, ternyata adik saya menyerahkan makanan di plastik. Tak lama, mbak Adiska mengirim foto gambar NTS yang sudah disiapkan petugas dalam bentuk cup dan dituliskan nama lengkap Ibu. Tepok jidat deh!

Pelajaran berharga untuk lagi-lagi menerapkan prinsip CLEAR, CLARIFY, and CLARIFY. Yup, saya rasa kita perlu mengklarifikasi 2x lawan bicara kita untuk benar-benar memahami apa yang kita sampaikan.
✰✰ 2 bintang untuk hari ini semoga tidak menyurutkan semangat saya untuk terus belajar ^^

Namun, ada kaidah lain yang saya pelajari.
Saat itu saya beranggapan bahwa saya sudah memberikan informasi dengan jelas, namun ternyata hasilnya tidak sesuai. Maka, bukan salah si penerima pesan pastinya. Saya perhatikan kembali, nampaknya kondisi hati dan pikirannya sedang tidak berada satu dimensi dengan raganya. It was not a right time to ask her something. My fault!


 

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike2
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Komunikasi Produktif bersama Pasangan day#1

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan,
melainkan dari cara penyampaiannya.

Cung hayuk siapa yang LDR?

Bagaimana pola komunikasi dengan pasangan?

Bagaimana mengolah rasa dan emosi saat berjauhan?

Berat pastinya ya, gaesss...

Seperti yang dibilang Dilan, "Jangan rindu. BERAT. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja!", haha...

3,5 tahun dipersatukan oleh ikatan suami-istri, ujian kami masih sama: dipisahkan jarak dan waktu. Katanya sih, jaman sekarang ini jarak dan waktu bukan masalah. Tapi ternyata masih menjadi tantangan yang luar biasa bagi saya dan suami. Terutama setahun terakhir, baru dibelai 2 kali, gaesss! LOL

Tantangan yang paling sering ditemui adalah hal remeh sebenarnya, yaitu KOMUNIKASI!

Hah? Kok ngobrol doang bisa jadi masalah sih?

Cara komunikasi saya yang blak-blakan dan suami yang sering berpikir (terlalu lama) sebelum mengemukakan pendapatnya menjadi latar belakang kenapa komunikasi jadi hal remeh yang melahirkan masalah. Duh lah, saya paling gak bisa tuh di-diem-in, tapi suami? Sering banget memilih diam untuk meredam emosinya menghadapi istrinya ini. haha...

Materi komunikasi produktif di kelas #bundasayang menjadi materi pertama yang sungguh menarik!

Saya evaluasi kembali, bahwa saya dan suami memang 2 individu berbeda. TERIMA saja itu dulu! Jelas, saya dan suami terlahir dari rahim yang berbeda, pola pengasuhan berbeda, juga 'lingkungan' tempat kami belajar bertumbuh berkembang sudah pasti berbeda. Apa yang suami alami, belum tentu saya alami. Jika ada kondisi yang mirip atau bahkan sama, dalam proses dan hasilnya pasti berbeda.

Ada banyak hal yang selama ini terlalu saya paksakan dan saya tuntut, bahkan sering kali saya menyalahkan kondisi yang ada. Ini yang sering membuat 'kapal' kami oleng. Saya sering merasa paling benar, dan akhirnya ketika saya menyadari sesuatu yang saya lakukan salah, suami merasa makin bersalah. LOL :-D 

Kemaren, saya masih tertawa dan menangis dalam satu waktu saat telpon bersama suami. Yaaa ngobrol langsung aja sering salah paham, apalagi cuma telpon atau video call yang kadang terkendala sinyal. Suami gak menjawab telpon, eh ternyata lagi tugas di gunung. Suami gak menjawab pesan, ternyata lagi hemat daya karena gak bawa charger. Dan lain-lain, dan sebagainya, dan sejenisnya...

Setelah tau prinsip komunikasi produktif, saya jadi lebih legowo. Secara sederhana saya berusaha memberikan jeda pada diri saya untuk menikmati segala bentuk emosi yang saya rasakan. 

Clear and Clarify 

Berbicara yang jelas. Tiap hari, kami biasanya melakukan video call, saat bangun tidur, saat suami sampai di kantor (menunggu jadwal absen dan apel pagi), terkadang di saat jam istirahat, juga saat malam hari. Nah, kalau sinyal udah jadi penghambat pas suara gak jelas, saya langsung memutus saluran video call dan menggantinya dengan telepon biasa. Hal ini bahkan yang juga sering dilakukan Arrayyan saat ayahnya tidak menjawab video call, "Ayah gak ada sinyal, telpon biasa aja, yuk!", pintanya :-D

Selain itu, klarifikasi menjadi sebuah hal yang harus saya lakukan, entah untuk mengklarifikasi kesepakatan bersama, atau mengklarifikasi hal yang tidak saya pahami dengan baik, agar tidak terjadi missed perception. Tadi siang kami tidak telpon atau video call karena suami sedang tugas di daerah yang minim sinyal dan tidak membawa charger, akhirnya saya hanya chat, "Ayyy, ada lowongan kerja yang bisa remote nih, boleh aku coba?", awalnya saya kirim informasi lowongan kerja karena kebetulan beberapa hari ini obrolan kami adalah tentang keinginan saya untuk kembali ke ranah publik. Agak lama ya mendapatkan jawabannya sampai akhirnya dijawab, "yang penting bisa jaga emosi sama Arra", nahloh abstract banget ya jawabannya. LOL. Saya klarifikasi, namun tak terjawab. Malam harinya, saya sedang fokus membersamai Arrayyan yang seharian sedang kurang fit dan mengabaikan HP. 

Masih "PR" banget nih buat besok. Pakai prinsip ke-2: Pilih Waktu yang Tepat!

Seperti apa ya? Nantikan kelanjutannya esok hari yaa ^^

Tabik,
Mar'atul Azizah (riza) - Mahasiswi kelas Bunda Sayang IIP Regional Bekasi

#harike1
#tantangan15hari
#gameZona1
#BundaSayang
#KomunikasiProduktif
#PantaiBentangPetualang
#institutIBUprofesional
#PetualangBahagia

Aliran Rasa - kelas prabunsay IIP

 4 minggu = 1 bulan

WOWWW!!! Tak terasa sudah menikmati 4 wahana selama sebulan di kelas pra-bunsay kampus kehidupan. Perkuliahan di Institut Ibu Profesional memang selalu membuat saya seperti menaiki roller-coaster. Dan ini baru langkah awal tapi deg-degan-nya berasa banget...

Alhamdulillaah.... di tengah proses membersamai Ibu yang masih menjalani pengobatan di RS, menemani Arrayyan bermain dan belajar, juga pacaran jarak jauh bersama suami tersayang, Allah kasih kesempatan untuk terus belajar dan bertualang bersama para Ibu Pembelajar yang sungguh sangat menginspirasi...

Bismillaah...
Belajar lagi menjadi versi terbaik diri sebagai seorang Riza, seorang istri, seorang ibu, semoga bisa terus berkarya dan bermanfaat bagi sekitar..


 

Tabik,
Mar'atul Azizah (@rizazizah) - mahasiswi kelas Bunsay IIP batch #6 regional Bekasi

#ibuprofesional
#kelasPRAbunsay
#AliranRasa

Riza: Ibu Pembelajar, Kebanggaan Keluarga! (sebuah refleksi bersama IIP)

"Perempuan tuh jangan jadi kucing dapur! Jangan cuma ada di ketiak suami!"

Adakah yang pernah mendengar statement serupa?

Entah sejak kapan kalimat tersebut selalu terngiang di telinga saya, sebuah nasihat mendalam dari ibu saya, menjadikan saya selalu berpikir bahwa PEREMPUAN HARUS MANDIRI! Namun, pemahaman agama di keluarga saya pun tidak membuat saya pongah, bahwa bagaimanapun seorang perempuan yang sudah menikah harus berbakti kepada suaminya. Pemahaman seperti ini menjadikan karakter saya sebagai pribadi yang cukup ambisius namun tetap logis dalam setiap langkah, tidak menjadikan saya langsung merasa puas ketika mencapai satu titik, namun juga tidak membuat saya sangat down ketika menghadapi kegagalan. Kegagalan membuat saya belajar dan terus berusaha memperbaiki agar mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya pun tetap membuat alternatif impian. Misalnya saat lulus kuliah, saya ingin bekerja di perusahaan raksasa IT: g**gle. Namun, saya pun memiliki alternatif A, B, C, D, E, ... (banyak juga ya. LOL)

Saya tahu saya tidak ingin terus menjadi wanita karir. Ketika saatnya tiba, saat saya menikah, maka saya ingin sepenuhnya membaktikan diri pada suami dan keluarga. Pertanyaan besarnya: BISAKAH SAYA?

Di awal pernikahan saya, saya masih menjalani perkuliahan lanjutan (S2). Hingga Allah amanahi janin di rahim, saya berjanji untuk mendidiknya sepenuh hati, menjadi guru pertama dan utama. Waktu kelahiran pun semakin dekat, namun ada banyak sekali kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan memenuhi pikiran saya. Saya mulai stress. Mungkin ini juga yang menjadikan bayi saya tidak ingin cepat-cepat lahir. Namun saya beruntung memiliki suami yang selalu menenangkan. Bayi kami akhirnya lahir secara spontan di usia kehamilan 41w2d (setelah terancam akan diinduksi dan vakum. Ibuknya mengirim pesan cinta setulus hati agar bayi bekerja sama dengan baik. LOL). Masyaa Allaah...

Sebulan, 2 bulan, saya terus membaca dan menggali informasi tentang ilmu parenting. Saya mengalami tsunami informasi, saya juga mengalami post power syndrome. "Akankah saya terus-terusan di rumah?", pertanyaan ini terus membayangi pikiran saya yang sebelumnya sangat aktif berkegiatan dan berorganisasi di luar rumah.

Hingga akhirnya saya bertemu dengan Ibu Profesional. Bismillaah, jauh-jauh hari sebelum pendaftaran dimulai saya meminta ijin kepada suami untuk mendaftarkan diri sebagai member di Institut Ibu Profesional. Saat itu saya tahu bahwa kuota terbatas, saya yang ambisius ini tentu saja merasa tertantang. Alhamdulillaah atas ijin suami saya berhasil mendaftar di tengah sinyal yang tidak stabil saat di kereta api ketika perjalanan kembali dari mudik :-) So happy...

Di awal perjalanan matrikulasi, seperti yang telah saya ceritakan disini, bahwa terdapat kesamaan nilai dan prinsip hidup saya dan Institut Ibu Profesional, terutama menjadi individu yang cinta belajar. Ya, saya adalah Ibu Pembelajar!

Saya ingat pesan Ibu Septi dan Pak Dodik,

"bersungguh-sungguhlah kamu di dalam rumah, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu"

kemudian disandingkan dengan pepatan Arab,

"Man jadda wajada ~ Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapat hasil ~ There is a will, there is a way!"

Landasan berpikir spiritual pun menyambung apa yang saya jalani hari ini, menjadikan tiap nafas dan apa yang saya baktikan pada keluarga sebagai sebuah ibadah untuk mendapatkan ridha-Nya.

“ Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang bersungguh-sunggug diantara kamu dean belum nyata orang-orang yang sabar ( Qs. Ali Imran : 142)

Sumber Artikel : Siapa Yang Sungguh-Sungguh, Ia Akan Meraih Cita-cita https://www.rumahquran.info/?p=2150

“Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang bersungguh-sunggug diantara kamu dean belum nyata orang-orang yang sabar".
(Qs. Ali Imran : 142)

Saya juga teringat nilai-nilai yang ditanamkan line manager saya saat bekerja dulu: Learning, Practicing (hands on project), then Sharing (to others). Beliau memberikan banyak sekali pelatihan-pelatihan teori kepada tim sebelum memulai sebuah proyek, walau terkadang kami harus learning by doing dengan membaca teori dari e-book yang memang disediakan oleh HQ. Setelah proyek selesai, maka diadakanlah knowledge sharing, katanya biar ilmunya lebih nancep. Sharing ini bersifat seperti pengulangan, karena ada kalanya saat di proyek terdapat tantangan dan tidak semua yang ada di teori itu sukses dilakukan, maka sharing ini juga sebagai pengingat bagi diri sendiri juga dokumentasi jika suatu hari ada rekan kita mengalami hal serupa di proyek lainnya.

Kesamaan Nilai, Kesamaan Prinsip

Ada terdapat kesamaan yang akhirnya menguatkan saya bertahan dan berjuang di Institut Ibu Profesional. Selain saya memang cinta belajar, seperti halnya terbaca di tagline blog saya ini:
hidup untuk saling mengisi, melengkapi, memahami, dan menghargai...
Saya senang berbagi apa yang saya pelajari, hal ini karena saya yakini bahwa berbagi itu tidak menjadikan apa yang kita miliki berkurang, namun menguatkan dan menambahnya. Ingat prinsip rejeki. Demikian pula dengan berbagi ilmu, dan semoga ini menjadi jariyah yang dapat terus mengalir ketika saya sudah tidak lagi di dunia ini.
 
Hidup untuk saling mengisi dan melengkapi, karena manusia sebagai makhluk sosial. Berbagi ilmu disinilah perannya bukan untuk menggurui, namun mengisi dan melengkapi. Namun, dalam berbagi tersebut kita pun tidak bisa men-judge karena kita lebih tahu, maka prinsip memahami dan menghargai inilah yang dibutuhkan.

Maka, hari ini saya siap untuk kembali meng-upgrade diri bersama Institut Ibu Profesional, sebagai seorang Ibu Pembelajar Kebanggaan Keluarga! 
Bismillaah... 
 
#ibuprofesional
#kelasPRAbunsay
#diving

oleh : Mar'atul Azizah (@rizazizah) - mahasiswi kelas Bunda Sayang batch #6 regional Bekasi

“ Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang bersungguh-sunggug diantara kamu dean belum nyata orang-orang yang sabar ( Qs. Ali Imran : 142)

Sumber Artikel : Siapa Yang Sungguh-Sungguh, Ia Akan Meraih Cita-cita https://www.rumahquran.info/?p=2150

Core Value & Karakter Moral Ibu Profesional

Lebih dari setahun lalu saat bergabung menjadi mahasiswi Ibu Profesional di kelas matrikulasi, saya merasa memiliki values yang sama di Institut Kehidupan ini. Terdapat 5B core values yang selalu saya ingat betul dan menjadi catatan besar di buku kehidupan saya.

  1. semangat BELAJAR
  2. terus BERKEMBANG
  3. aktif BERKARYA
  4. selalu BERBAGI
  5. selalu BERDAMPAK

Seorang perempuan, baik itu sebagai individu, atau peran lainnya dalam keluarga, sebagai anak, sebagai istri, bahkan sebagai seorang ibu, harus memiliki semangat belajar yang tinggi. Karena sesungguhnya hidup ini penuh tantangan, dan kita dituntut untuk mencari jalan yang baik dengan terus belajar dari berbagai sumber. Tentu saja nilai utama ini seperti yang dibahas di awal matrikulasi harus disertai dengan adab belajar yang baik, agar ilmu tersebut berkah dan bermanfaat, kemudian membuat kita terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. 

Banyak stigma bahwa ketika menikah, terlebih setelah menjadi ibu, perempuan seakan terkurung dalam tempurung. Padahal, ketika menikah seharusnya bisa meningkatkan potensi diri, tetap aktif berkarya, kemudian selalu berbagi dan selalu berdampak untuk sekitar.

Menjadi Ibu Pembelajar perlu memiliki alasan kuat (strong why). Ketika semangat sedang turun, maka kita memiliki alasan kuat untuk kembali berjalan menuju tujuan yang kita ingin capai. Inilah alasan saya akhirnya mengikuti perkuliahan Bunda Sayang di Institut Ibu Profesional. 

Apa yang ingin saya cari?

Seperti yang telah saya tuliskan tentang makna ibu pofesional disini, saya ingin menjadi guru dan sahabat bagi anak-anak saya, juga tentu saja menjadi partner yang baik bagi suami saya sebagai guru dan sahabat untuk anak-anak kami. Lebih jauh dalam membangun biduk rumah tangga, saya ingin bisa menjadi manajer keluarga yang handal.

Di peta pembelajaran yang telah saya buat sebelumnya, ada beberapa hal yang ingin saya tingkatkan, yaitu komunikasi produktif, cerdas finansial, mengamati gaya belajar anak, hingga membuat family project.

Prinsip dan Komitmen Berkomunitas (CoC IIP)


Arti komunitas di dalam KBBI adalah (n) kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban.

ilustrasi komunitas, by @rizaziah
Manusia sebagai makhluk sosial, yang pasti berinteraksi dengan sesamanya. Iya donk, secara langsung atau tidak, kita pasti membutuhkan orang lain dalam keseharian kita, bahkan dalam mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Misalnya saja ingin menjadi seorang dokter, kita pasti harus sekolah dulu, kita butuh guru/dosen, juga teman sejawat untuk berdiskusi, serta pastinya seorang dokter akan 'berguna' jika ia memiliki pasien.

Interaksi sangat erat kaitannya dalam hubungan antar individu. Tiap individu unik, memiliki latar belakang, pola pikir, serta berbagai karakter yang unik. Maka, dibutuhkan suatu hal yang bisa mengatur hubungan antar individu ini. Apalagi dalam komunitas yang besar, dengan anggota yang heterogen, tiap kepala dengan latar belakang serta pola pikir berbeda, perbedaan pendapat atau bahkan gesekan bisa dipastikan dapat terjadi, bahkan tantangan demi tantangan tak mungkin terelakkan.

Seperti diilustrasikan pada gambar, komunitas itu terdiri dari tiap individu dengan berbagai 'warna'-nya, dan dikumpulkan dalam 'satu lingkaran'. Yang pasti, komunitas itu biasanya memiliki VISI dan MISI yang menyatukan anggotanya. Sehingga diperlukanlah peraturan, tata tertib, yang dipahami dan disepakati bersama sehingga menjadi sebuah komitmen.

Demikian pula dengan Institut Ibu Profesional (IIP) sebagai sebuah komunitas belajar para Ibu dan calon Ibu yang di dalamnya terdapat beragam latar belakang, profesi, serta aneka heterogenitas. Maka lahirlah Code of Conduct, yang biasa disingkat CoC, sebagai pedoman berperilaku bermartabat seorang Ibu. CoC ini pun memiliki tujuan sebagai (1) Pedoman (tujuan normatif), yakni sebagai 'kompas' dalam bersikap dan berperilaku di komunitas; (2) Preventif, untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran oleh anggotanya; dan (3) tujuan Kuratif, sebagai tujuan untuk menyelesaikan tantangan yang muncul akibat adanya gesekan antar individu maupun benturan berbagai kepentingan di dalam IIP.

Ada 5 hal garis besar yang diatur dalam berkomunitas di IIP, semua hal dibolehkan, kecuali:
1.  Kritik Pemerintah
2. Ghibah & Fitnah
3. Berbicara SARAT (Suku, Agama, Ras, Anggota Tubuh)
4. Bicara khilafiah
5.  Konflik Kepentingan

Tentu saja hal batasan ini dibuat agar para anggota tetap nyaman dalam berkomunitas.


Terkait prinsip berkomunitas ini saya ingat sekali saat beberapa waktu lalu diwawancara untuk sebuah yayasan yang bergerak di bidang edukasi. Karena kebetulan saya aktif mengedukasi tentang menggendong bayi yang aman dan nyaman, dan saya juga senang sharing pengalaman, maka saya diberi kesempatan untuk bergabung. Dalam sesi wawancara pengurus tersebut, salah satunya ditanyakan, "bagaimana sikap saya dalam menghadapi adanya peng-kotak-kotak-an di komunitas menggendong?"

Jawaban saya sederhana, bahwa dalam mengedukasi kita harus berpikiran terbuka dan merangkul setiap individu ataupun kelompok. 

Di komunitas menggendong, sering sekali terjadi khilafiah. Ada yang pro dengan NBC (Narrow Based Carrier; gendongan berpanel sempit), 'kaum' ini menganggap bahwa NBC yang biasanya sangat mudah ditemukan di pasaran dan dijadikan kado bagi orang yang baru saja lahiran masih bisa ditolerir dengan syarat A, B, C, dst. Tapi ada pula yang saklek meng-haram-kan penggunaan NBC karena alasan 1, 2, 3, dst...
Bagi saya yang seorang Babywearing Consultant, maka sudah seharusnya meluruskan apa yang saya ketahui, dan hanya sebatas menghimbau, karena keputusan akhir ada di tangan penggendong, khususnya orang tua.


Saya ingat senior saya dulu pernah ada yang bilang begini,
Lo asik, Gue santai...
Lo usik, Gue bantai!!!

Dalam hal prinsip, terutama yang berkaitan dengan value diri atau keluarga, kita wajib 'keras kepala' mempertahankan prinsip tersebut. Apalagi berkaitan dengan Tauhid.
Namun, dalam berkomunitas, adanya komitmen ini harus membuat kita lebih fleksibel, gak perlu ngotot, tapi tetap saling menghormati, merangkul, menggandeng, mengapresiasi, banyak memberikan peran, sehingga kita bisa lebih berpikiran terbuka dan menerima adanya perbedaan.

#ibuprofesional
#kelasPRAbunsay
#WahanaSurfing

oleh : Mar'atul Azizah (@rizazizah) - mahasiswi kelas Bunda Sayang batch #6 regional Bekasi

Makna Ibu Profesional

33 bulan yang lalu ketika saya melahirkan seorang anak, ternyata saya pun terlahir kembali menjadi sosok baru. Menjadi seorang Ibu, mengajarkan banyak hal, perjalanan yang pastinya sangat panjang, penuh liku dan aral. Namun, seperti halnya sebuah petualangan, hal terpenting adalah menjadikan setiap momen berarti, dan menjalaninya dengan bahagia.

Saat ini, saya kembali menjadi mahasiswi di kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, berpetualang bersama 750 Ibu dan calon Ibu di Pulau Cahaya. Setahun kedepan akan menjadi petualangan luar biasa, membersamai tumbuh kembang anak, dan juga memupuk cinta di keluarga kami.

Sudah lama rasanya euforia ini tidak saya rasakan. Ada rasa cemas, terlebih kondisi saya yang saat ini sedang menjalani LDR dengan suami karena harus merawat Ibu sepeninggal Bapak saya. Tantangan yang luar biasa juga saya rasakan ketika harus membagi waktu untuk membersamai Arrayyan, buah hati saya yang senang bermain.

Sejatinya, anak-anak suka BERMAIN.
Tetapi MENDIDIK mereka TIDAK BISA MAIN-MAIN...


Maka, disinilah saya sekarang, untuk terus belajar....
Makna Ibu Profesional

Ibu Profesional bagi saya adalah sosok idaman bagi seorang perempuan. "Kebanggaan Keluarga" menjadi label yang sangat erat kaitannya. Dialah sosok yang disayang keluarga (khususnya suami dan anak), cekatan dalam segala aktivitas yang dilakoninya, produktif berkarya untuk seluas-luasnya manfaat yang dapat dibagikan, dan tentu saja menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia: wanita shalihah.

Setelah ngobrol ngalur ngidul, pas banget 4 hari ini suami lagi pulang, jadi punya banyak waktu untuk membahas nyaris tuntas tentang makna ibu profesional versi terbaik saya, dan harapan besar suami.

Pengejawantahan "IBU PROFESIONAL" versi terbaik saya adalah seorang wanita, dengan segala potensi yang dimiliki berkomitmen dan konsisten menjadi "MANAGER KELUARGA HANDAL".

peta petualangan
Di ilmu manajemen, terdapat 4 konsentrasi, yaitu Manajemen Operasional, Manajemen Keuangan, Manajemen Manusia (Human Resource), dan Manajemen Pemasaran.
Petualangan keluarga kami sangat masih panjang. Terutama perjalanan saya menjadi manager keluarga handal. Melalui proses pembelajaran berkelanjutan, di kelas Bunda Sayang, tiap langkah harus diperhatikan secara detil. Duri di pasir pantai itu biasa, bisa saja kita terluka jika tidak berhati-hati, tapi itulah yang akan menjadi cerita.

Langkah pertama yang harus saya lakukan adalah melakukan komunikasi produktif, sebagai langkah perencanaan manajemen operasional.

Selanjutnya, saya juga harus mempelajari secara sungguh-sungguh tentang family financial planning, sebagai bagian dari cerdas finansial menuju kebebasan finansial keluarga tahun 2040 insyaa Allah. Hal ini tentu saja merupakan kehandalan yang harus dimiliki seorang manajer keuangan keluarga.

Terkait human resources, saya pun harus memahami gaya belajar anak. Saya meyakini tiap anak itu unik dan hebat, setiap anak memiliki kecerdasan yang bisa dioptimalkan dengan baik, kitalah orang tua yang harus terus belajar dan memahaminya.

Manajemen pemasaran bagi keluarga saya pahami sebagai perencanaan menuju keluarga yang dapat diingat oleh orang lain. Bukankah manusia mati hanya meninggalkan nama? Nama seperti apa itulah yang harus kita buat 'branding'-nya. Bapak saya (rahimahullah) pernah berpesan, "Jangan pernah merasa baik, tapi teruslah berbuat baik!"
Maka, disinilah peran family project yang akan turut mensukseskan petualangan kami menjadi 'super team' dalam memaknai setiap proses di kehidupan ini.

#ibuprofesional
#kelasPRAbunsay
#istanapasir

oleh : Mar'atul Azizah (@rizazizah) - mahasiswi kelas Bunda Sayang batch #6 regional Bekasi

IUFD : cerita lahiran setahun lalu

Janin itu meninggal di dalam rahim..



Tepat 1 tahun yang lalu, 22 April 2019, saya melahirkan per-vaginam dengan bantuan induksi untuk ke-2-kalinya. Saat itu usia kandungan saya sekitar 20 weeks.

Kali ini rasanya luar biasa..
Lebih sakit dari proses lahiran anak saya yang pertama, bahkan disentuh sedikit pun merangsang rasa sakit sekujur tubuh.
Subhanallaah...

Sebelumnya, Jum'at, 19 April 2019, saya memeriksakan kondisi kehamilan ke-2 saya. Saya pikir, sudah saatnya kontrol karena vitamin sudah habis dan hampir 2 bulan tidak kontrol karena kondisi saya sedang berada di kampung halaman. Jujur, memang saya kurang nyaman dengan fasilitas dan layanan kesehatan di Situbondo.

Cukup lama saya memutuskan untuk kontrol lagi, searching dan tanya sana-sini tentang rekomendasi Sp.OG di kota santri kelahiran saya, akhirnya firasat saya mengatakan harus segera kontrol!

Sekitar jam 5 sore..
Dan pasrahlah saya sama dokter di jadwal praktik hari Jum'at itu. Saya ingat betul, saya mendapat nomor antrian ke-10.
Hari itu, dokter bolak-balik ke ruang operasi. Operasi darurat katanya, ada sekitar 5x.

Sekitar 22.00 WIB,
Nomor antrian 9 baru saja keluar, tapi dokter harus kembali ke ruang operasi.
Saya kebelet pipis, dan saat di toilet, saya melihat ada flek darah!
Jantung saya berdetak lebih cepat, tak menentu, entah perasaan apa, tangan saya seketika mendingin.

Sekitar setengah jam berlalu, nama saya dipanggil masuk ruangan konsultasi dengan dokter. Saya langsung diminta berbaring, cek USG...
"Ibu, ini itu aliran darah", dokter menjelaskan tanda warna yang ada di luar rahim.

"Ini kepala, tangan, udah berbentuk ya, Bu", lanjut dokter.

"Masyaa Allaah, alhamdulillaah", dzikir saya tiada henti menyebut kebesaran-Nya.

Alat USG bergerak mencari detak jantung, "tapi, kosong, Bu!"

"Maksudnya, dok?", tanya saya memperjelas.

"Ibu terakhir kontrol kapan?"

"Sudah hampir 2 bulan yang lalu, dok"

"Iya, bu, biasanya usia segini itu sudah ada detak jantungnya ya"

DEG! Rasanya waktu membeku..

Saya simak setiap penjelasan dokter, bahwa jika melihat bentukannya masih bagus, kejadiannya bisa aja baru banget. Dan karena itulah saya tidak percaya atas pernyataan dokter yang menyebutkan bayi saya meninggal!
Saya butuh second opinion.
Dan lagi, sepanjang malam saya tidak nyenyak, hanya browsing tentang rekomendasi dokter terbaik di wilayah tapal kuda.
Saya ingin yang terbaik! Walau harus ke Jember, atau Probolinggo, akan saya tempuh!

Sabtu, 20 April 2019, saya mengunjungi seorang kawan yang berprofesi sebagai bidan. Dan dia memeriksa perut saya dengan doppler. Statement-nya sama, tidak mendengar detak jantung bayi. Dia menyebutkan beberapa nama dokter Obgyn yang menurutnya cukup mumpuni memberikan konsultasi, tapi sayangnya dokter-dokter tersebut lelaki semua 😌

Ijin suami, ridho suami, saya pun pergi ke salah satu dokter terdekat yang disebutkan. Praktiknya di daerah Bondowoso, yang ternyata tante saya pun punya riwayat konsultasi yang cukup baik dengan beliau. Suami tidak ikut mengantar, saya hanya ber-3 dengan Arra (anak pertama saya) dan driver keluarga Pak Dhe.
Kebetulan, suami baru masuk beberapa hari sebagai CPNS, jadi dirasa tidak elok jika harus ijin sehari penuh untuk mengantar saya ke Bondowoso.

Jam 8 pagi saya sudah tiba di klinik praktik dokter yang disebutkan, dr. Gede namanya.Tak butuh waktu lama di ruang periksa, langsung USG dan dokter memang sudah memastikan bahwa kondisi janin sudah tidak baik, ada semacam patahan di lehernya dan menyarankan untuk segera dilahirkan tapi di RS terdekat dengan rumah agar memudahkan. Subhanallaah...
Cepat sekali perubahannya..
Padahal 2 hari sebelumnya saya bed rest dan tidak banyak bergerak.

Akhirnya, saya langsung ke RS dekat kantor suami.
Jam 12 siang, saya masuk. Suami ikut dan ijin terlambat kembali ke kantor karena mengurus administrasi. Sekitar jam 2 siang, saya sudah berbaring dan diinfus di ruang bersalin. Saya diharuskan minum obat induksi di waktu yang sudah ditentukan.

Sekitar ba'da ashar, perut sudah terasa mulas..
Ba'da maghrib, rasanya melilit hebat. Suami belum juga kembali membawa baju ganti dan perlengkapan pasca melahirkan darurat ini. Saya cuma bisa uring-uringan seorang diri. Ada 2 orang kawan yang datang mengunjungi, tapi rasanya saya sudah tidak fokus karena sakit yang super hebat.

21.05 WIB, pecah ketuban, suaranya kencang kayak balon meletus!
21.30 WIB, ada yang dirasa keluar...
Saya minta suami cek, dan.. "iya, kayaknya itu janinnya", katanya..

Rasa mulas berangsur hilang, tapi sakit dan perjuangan saya belum berakhir.
Lagi, plasenta gak mau keluar! Jadi harus "dipaksa"!

Yaa Allaah..
Mengingat kejadian itu rasanya super sakit, saya mengutuki diri sendiri bahwa saya gak mau lahiran lagi di kampung! Walau itu di RS!
Saya dibantu 4 bidan saat mengeluarkan plasenta, tapi hanya 1 bidan yang dengan sabar dan berhasil..

Entah berapa lama itu terjadi, tapi sakitnya terasa sangat lama!
Kaki saya sampai bergetar hebat!

Allah Maha Tahu!

Sedih sudah pasti, tapi selalu ada hikmah di balik setiap kejadian..

Allah sayang saya, Allah sayang keluarga saya.
Allah tahu saya gak akan sanggup membesarkan bayi saat harus berjauhan dengan suami dan menemani pengobatan Ibu saat ini.

Pagi hari sebelum proses induksi itu, saya SMS Bapak Rahimahullaah..
Meminta maaf, tak disangka balasan Bapak membuat nyeri hati saya..

"Kalo Mbak Isa terlalu repot dengan Ara saat nanti adiknya lahir... Ara biar bapak dan ibu saja yg momong... Itupun kalo boleh sama Mbak Isa dan suaminya..."
Saya hanya bisa membalas dan menyampaikan bahwa I'm okay.
"Adiknya harus dilahirkan segera, pak.. :-) insyaa Allah riza sama Ara gapapa. Mohon doanya saja. Jangan bilang siapa2."

Maafkan Riza, Pak..
Banyak hutang belum tertunaikan..

Tabik,
@rizazizah Book Advisor 📚

***Tulisan, sebagai pengingat
Mengingat kembali IUFD (Intrauterine Fetal Death)

Manusia hidup dari satu ujian ke ujian lainnya


"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Q.S. Al-Baqarah : 286
Update tulisan terakhir di blog ini 2 tahun lalu tentang cerita adik saya, qadarullaah dia gagal masuk di PTN dan harus gap year mengikuti Ujian di tahun selanjutnya. Alhamdulillaah, tahun lalu berhasil dan sekarang mau jadi calon dokter (hewan), mohon doanya ya, kawan 😊

Duh, pengen deh aktif berbagi di blog. Tapi ISTIqomah itu emang super duper extra effort daripada sekedari ISTIrahat yaa 🤣

Ikhtiar maksimal, Hasil optimal

Kata maksimal itu ternyata ga ada batasnya, sodara-sodara!
Kalau kita ngeluh, capek, lelah, kita masih bisa berusaha lagi, mencoba lagi...
Sama kayak ujian masuk PTN, ada 3x kesempatan, bahkan ada banyak jalur untuk mencoba. Kalau sekali aja udah nyerah, yaa kelihatan kualitas diri kita..
Dan ini berlaku ke segala hal! 

Hari ini, Ibu saya sedang menjalani proses pengobatan lagi.
Buat yang aktif membaca blog saya, duileee kayak yang sering aja aku tuh update blog 🙈, pasti tau ya Ibu saya punya riwayat Tumor Nasofaring skala ganas!

Pertama kali terdeteksi di tahun 2010, sempat menjalani operasi berulang tiap tahun, hingga akhirnya di tahun 2013-2014 menjalani kemoterapi dan kemoradiasi (kemoterapi+radiasi sekaligus). Finansial kami diuji, kekuatan Ibu pun demikian. Bapak (rahimahullaah) membesarkan hati saya dan adik saya jika terjadi hal terburuk pada Ibu. Setelah ikhtiar maksimal, entah berapa besar biaya yang sudah dikeluarkan, hingga ujung tombak krisis keuangan, kamì pasrah, Ibu pun menghentikan pengobatan medis dan beralih ke pengobatan herbal. Ibu meyakini efek obat herbal itu lambat tapi tidak akan merusak seperti halnya kemoradiasi yang Ibu rasakan luar biasa mengubah fisik dan kekuatan Ibu.

Alhamdulillaah..
Kondisi Ibu berangsur membaik...
Walau tidak bisa dipastikan apakah tumor itu sudah benar-benar hilang dari tubuh Ibu atau tidak.

5 tahun berlalu, tepatnya bulan Agustus 2018, Ibu jatuh dari tangga di rumah!
Kepanikan luar biasa terjadi, ketakutan teramat saya rasakan..
Hanya berdua adik di rumah, juga ditemani si kecil yang tak mengerti dan tak bisa berbuat banyak, saya bingung...
Alhamdulillaah para tetangga baik hati membantu kami, mengangkat Ibu yang mulai kehilangan banyak darah, kemudian menggotong dan membawa Ibu ke IGD terdekat. Namun, fasilitas tak memungkinkan sehingga harus merujuk Ibu ke faskes yang lebih baik.

Ah iya, saya belum bercerita banyak, saya sudah menikah dan saat ini dikarunia seorang putri cantik, lain waktu akan saya ceritakan lebih banyak, atau bisa mampir kesini 😁

Saat kejadian itu suami saya sedang di luar kota, Bapak saya juga sedang pulang kampung, touring. Sudah kebayang donk kondisi yang saya hadapi?

Singkat cerita, setelah pemeriksaan ini itu, kami semua dikejutkan dengan berita bahwa tumor Ibu sudah mengalami metastasis ke Paru. Rabbana!

"Ibu gapapa kok, gapapa!", begitu besar kekuatan dan semangat hidup yang Ibu miliki. Entah seberapa cantik hati Ibu, calon bidadari syurga insyaa Allaah...
Ketika saya hancur, tidak dengan Ibu yang bisa menyembunyikan rasa sakit di dalam tubuhnya..

Setelah kejadian itu, fisik Ibu tidak seperti biasa. Ibu harus fisioterapi, tapi karena jarak rumah dan kondisi keuangan kami (pengobatan kemoradiasi terdahulu masih menyisakan tanggungan hutang ke kantor Bapak yang menjamin asuransi), Ibu hanya menjalani pengobatan alternatif patah tulang. Hampir 2 bulan lamanya Ibu hanya bisa rebahan di kasur, dan kalau kemana-mana hanya dibopong Bapak.
Ya, begitu sayangnya Bapak sama Ibu!
Yaa Rabb, hitung ini sebagai amalan untuk menerangi kubur bapak dan kunci menuju surga-Mu..

Ibu yang sakit, Bapak mendahului berpulang..
28 Agustus 2019..
Agustus beberapa tahun terakhir selalu ada ujian bagi keluarga kami..

Selanjutnya, Ibu mulai bisa berjalan, tapi kepalanya masih tidak bisa menoleh dengan sempurna, masih kayak 'robot' saat berjalan.

"Alhamdulillaah masih diberi kesempatan bernafas, jalan ke kamar mandi sendiri, bahkan ini bisa berjemur, Ibu gapapa!", begitu selalu yang Ibu ucapkan...

Akhir 2018, Ibu merasakan hidungnya mulai tidak nyaman.
"Ibu periksa aja deh! Eman BPJS-nya ga dipake!", perintahku dan akhirnya di-iya-kan

Waktu terus berjalan, terasa sangat lambat pasti bagi Ibu yang menjalani berbagai pemeriksaan ini itu, kemudian menjalani operasi pengangkatan tumor kembali (untuk ke-4-kalinya) di bulan Februari 2019.
Dokter sudah menyarankan agar Ibu kembali menjalani kemo/radiasi.
Tapi saya menolak dengan keras!

"Ibu tuh udah kurus begini, Isa takut Ibu gak akan kuat! Mau jadi apa nanti kalau kemo lagi? Udah lah herbal aja, beli lagi obat yang dulu dari Oom Jo itu kan kata Ibu enakan?", entah kepanikan macam apa yang tersirat dari kata-kata saya. Saya gak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada Ibu saat menjalani kemoterapi kembali.

Hingga akhirnya...
Hari ini, saya menuliskan ini di kamar kosan, menunggui Ibu saya..

Tepatnya 16 Maret 2020, 2 hari sebelum jadwal operasi (ke-5), Ibu diharuskan rujuk ke RSCM, di masa pandemi, kebayang betapa kosongnya pikiran saya? Entah emosi apa yang ada kala itu, marah, sedih, bingung, segalanya..
Padahal Ibu sudah kembali mimisan, banyak keluhan yang dirasakan, hanya menanti 2 hari lagi untuk menjalani operasi yang sudah dijadwalkan lebih dari sebulan sebelumnya dan berharap deritanya sedikit terobati.
Belum lagi pikiran bagaimana dengan anak saya ketika saya harus menemani Ibu kemoradiasi (yang sudah dipastikan gak akan bisa pulang-pergi ke rumah karena kondisi jarak dan fisik Ibu tentunya), betapa frustasinya saya yang juga sedang menjalani LDR, adik saya sedang berkuliah jauh di pulau seberang, kami perantau, jauh dari keluarga...

oh Tuhan.. 
ujian apa ini namanya?

*************
Tabik,
@rizazizah Book Advisor 📚

Celoteh Riza @ kamar kosan di Hari Ibu, karena kartini sesungguhnya adalah Ibu yang menampakkan kekuatan sejatinya menjalani segala ujian ❤