"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."Update tulisan terakhir di blog ini 2 tahun lalu tentang cerita adik saya, qadarullaah dia gagal masuk di PTN dan harus gap year mengikuti Ujian di tahun selanjutnya. Alhamdulillaah, tahun lalu berhasil dan sekarang mau jadi calon dokter (hewan), mohon doanya ya, kawan 😊
Q.S. Al-Baqarah : 286
Duh, pengen deh aktif berbagi di blog. Tapi ISTIqomah itu emang super duper extra effort daripada sekedari ISTIrahat yaa 🤣
Ikhtiar maksimal, Hasil optimal
Kata maksimal itu ternyata ga ada batasnya, sodara-sodara!Kalau kita ngeluh, capek, lelah, kita masih bisa berusaha lagi, mencoba lagi...
Sama kayak ujian masuk PTN, ada 3x kesempatan, bahkan ada banyak jalur untuk mencoba. Kalau sekali aja udah nyerah, yaa kelihatan kualitas diri kita..
Dan ini berlaku ke segala hal!
Hari ini, Ibu saya sedang menjalani proses pengobatan lagi.
Buat yang aktif membaca blog saya,
Pertama kali terdeteksi di tahun 2010, sempat menjalani operasi berulang tiap tahun, hingga akhirnya di tahun 2013-2014 menjalani kemoterapi dan kemoradiasi (kemoterapi+radiasi sekaligus). Finansial kami diuji, kekuatan Ibu pun demikian. Bapak (rahimahullaah) membesarkan hati saya dan adik saya jika terjadi hal terburuk pada Ibu. Setelah ikhtiar maksimal, entah berapa besar biaya yang sudah dikeluarkan, hingga ujung tombak krisis keuangan, kamì pasrah, Ibu pun menghentikan pengobatan medis dan beralih ke pengobatan herbal. Ibu meyakini efek obat herbal itu lambat tapi tidak akan merusak seperti halnya kemoradiasi yang Ibu rasakan luar biasa mengubah fisik dan kekuatan Ibu.
Alhamdulillaah..
Kondisi Ibu berangsur membaik...
Walau tidak bisa dipastikan apakah tumor itu sudah benar-benar hilang dari tubuh Ibu atau tidak.
5 tahun berlalu, tepatnya bulan Agustus 2018, Ibu jatuh dari tangga di rumah!
Kepanikan luar biasa terjadi, ketakutan teramat saya rasakan..
Hanya berdua adik di rumah, juga ditemani si kecil yang tak mengerti dan tak bisa berbuat banyak, saya bingung...
Alhamdulillaah para tetangga baik hati membantu kami, mengangkat Ibu yang mulai kehilangan banyak darah, kemudian menggotong dan membawa Ibu ke IGD terdekat. Namun, fasilitas tak memungkinkan sehingga harus merujuk Ibu ke faskes yang lebih baik.
Ah iya, saya belum bercerita banyak, saya sudah menikah dan saat ini dikarunia seorang putri cantik, lain waktu akan saya ceritakan lebih banyak, atau bisa mampir kesini 😁
Saat kejadian itu suami saya sedang di luar kota, Bapak saya juga sedang pulang kampung, touring. Sudah kebayang donk kondisi yang saya hadapi?
Singkat cerita, setelah pemeriksaan ini itu, kami semua dikejutkan dengan berita bahwa tumor Ibu sudah mengalami metastasis ke Paru. Rabbana!
"Ibu gapapa kok, gapapa!", begitu besar kekuatan dan semangat hidup yang Ibu miliki. Entah seberapa cantik hati Ibu, calon bidadari syurga insyaa Allaah...
Ketika saya hancur, tidak dengan Ibu yang bisa menyembunyikan rasa sakit di dalam tubuhnya..
Setelah kejadian itu, fisik Ibu tidak seperti biasa. Ibu harus fisioterapi, tapi karena jarak rumah dan kondisi keuangan kami (pengobatan kemoradiasi terdahulu masih menyisakan tanggungan hutang ke kantor Bapak yang menjamin asuransi), Ibu hanya menjalani pengobatan alternatif patah tulang. Hampir 2 bulan lamanya Ibu hanya bisa rebahan di kasur, dan kalau kemana-mana hanya dibopong Bapak.
Ya, begitu sayangnya Bapak sama Ibu!
Yaa Rabb, hitung ini sebagai amalan untuk menerangi kubur bapak dan kunci menuju surga-Mu..
Ibu yang sakit, Bapak mendahului berpulang..
28 Agustus 2019..
Agustus beberapa tahun terakhir selalu ada ujian bagi keluarga kami..
Selanjutnya, Ibu mulai bisa berjalan, tapi kepalanya masih tidak bisa menoleh dengan sempurna, masih kayak 'robot' saat berjalan.
"Alhamdulillaah masih diberi kesempatan bernafas, jalan ke kamar mandi sendiri, bahkan ini bisa berjemur, Ibu gapapa!", begitu selalu yang Ibu ucapkan...
Akhir 2018, Ibu merasakan hidungnya mulai tidak nyaman.
"Ibu periksa aja deh! Eman BPJS-nya ga dipake!", perintahku dan akhirnya di-iya-kan
Waktu terus berjalan, terasa sangat lambat pasti bagi Ibu yang menjalani berbagai pemeriksaan ini itu, kemudian menjalani operasi pengangkatan tumor kembali (untuk ke-4-kalinya) di bulan Februari 2019.
Dokter sudah menyarankan agar Ibu kembali menjalani kemo/radiasi.
Tapi saya menolak dengan keras!
"Ibu tuh udah kurus begini, Isa takut Ibu gak akan kuat! Mau jadi apa nanti kalau kemo lagi? Udah lah herbal aja, beli lagi obat yang dulu dari Oom Jo itu kan kata Ibu enakan?", entah kepanikan macam apa yang tersirat dari kata-kata saya. Saya gak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada Ibu saat menjalani kemoterapi kembali.
Hingga akhirnya...
Hari ini, saya menuliskan ini di kamar kosan, menunggui Ibu saya..
Tepatnya 16 Maret 2020, 2 hari sebelum jadwal operasi (ke-5), Ibu diharuskan rujuk ke RSCM, di masa pandemi, kebayang betapa kosongnya pikiran saya? Entah emosi apa yang ada kala itu, marah, sedih, bingung, segalanya..
Padahal Ibu sudah kembali mimisan, banyak keluhan yang dirasakan, hanya menanti 2 hari lagi untuk menjalani operasi yang sudah dijadwalkan lebih dari sebulan sebelumnya dan berharap deritanya sedikit terobati.
Belum lagi pikiran bagaimana dengan anak saya ketika saya harus menemani Ibu kemoradiasi (yang sudah dipastikan gak akan bisa pulang-pergi ke rumah karena kondisi jarak dan fisik Ibu tentunya), betapa frustasinya saya yang juga sedang menjalani LDR, adik saya sedang berkuliah jauh di pulau seberang, kami perantau, jauh dari keluarga...
oh Tuhan..
ujian apa ini namanya?
*************
Tabik,
@rizazizah Book Advisor 📚
Celoteh Riza @ kamar kosan di Hari Ibu, karena kartini sesungguhnya adalah Ibu yang menampakkan kekuatan sejatinya menjalani segala ujian ❤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan buat curcol Anda tentang postingan ini :)
terima kasih atas komentarnya
riza