"Perempuan tuh jangan jadi kucing dapur! Jangan cuma ada di ketiak suami!"
Adakah yang pernah mendengar statement serupa?
Entah sejak kapan kalimat tersebut selalu terngiang di telinga saya, sebuah nasihat mendalam dari ibu saya, menjadikan saya selalu berpikir bahwa PEREMPUAN HARUS MANDIRI! Namun, pemahaman agama di keluarga saya pun tidak membuat saya pongah, bahwa bagaimanapun seorang perempuan yang sudah menikah harus berbakti kepada suaminya. Pemahaman seperti ini menjadikan karakter saya sebagai pribadi yang cukup ambisius namun tetap logis dalam setiap langkah, tidak menjadikan saya langsung merasa puas ketika mencapai satu titik, namun juga tidak membuat saya sangat down ketika menghadapi kegagalan. Kegagalan membuat saya belajar dan terus berusaha memperbaiki agar mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya pun tetap membuat alternatif impian. Misalnya saat lulus kuliah, saya ingin bekerja di perusahaan raksasa IT: g**gle. Namun, saya pun memiliki alternatif A, B, C, D, E, ... (banyak juga ya. LOL)
Saya tahu saya tidak ingin terus menjadi wanita karir. Ketika saatnya tiba, saat saya menikah, maka saya ingin sepenuhnya membaktikan diri pada suami dan keluarga. Pertanyaan besarnya: BISAKAH SAYA?
Di awal pernikahan saya, saya masih menjalani perkuliahan lanjutan (S2). Hingga Allah amanahi janin di rahim, saya berjanji untuk mendidiknya sepenuh hati, menjadi guru pertama dan utama. Waktu kelahiran pun semakin dekat, namun ada banyak sekali kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan memenuhi pikiran saya. Saya mulai stress. Mungkin ini juga yang menjadikan bayi saya tidak ingin cepat-cepat lahir. Namun saya beruntung memiliki suami yang selalu menenangkan. Bayi kami akhirnya lahir secara spontan di usia kehamilan 41w2d (setelah terancam akan diinduksi dan vakum. Ibuknya mengirim pesan cinta setulus hati agar bayi bekerja sama dengan baik. LOL). Masyaa Allaah...
Sebulan, 2 bulan, saya terus membaca dan menggali informasi tentang ilmu parenting. Saya mengalami tsunami informasi, saya juga mengalami post power syndrome. "Akankah saya terus-terusan di rumah?", pertanyaan ini terus membayangi pikiran saya yang sebelumnya sangat aktif berkegiatan dan berorganisasi di luar rumah.
Hingga akhirnya saya bertemu dengan Ibu Profesional. Bismillaah, jauh-jauh hari sebelum pendaftaran dimulai saya meminta ijin kepada suami untuk mendaftarkan diri sebagai member di Institut Ibu Profesional. Saat itu saya tahu bahwa kuota terbatas, saya yang ambisius ini tentu saja merasa tertantang. Alhamdulillaah atas ijin suami saya berhasil mendaftar di tengah sinyal yang tidak stabil saat di kereta api ketika perjalanan kembali dari mudik :-) So happy...
Di awal perjalanan matrikulasi, seperti yang telah saya ceritakan disini, bahwa terdapat kesamaan nilai dan prinsip hidup saya dan Institut Ibu Profesional, terutama menjadi individu yang cinta belajar. Ya, saya adalah Ibu Pembelajar!
Saya ingat pesan Ibu Septi dan Pak Dodik,
"bersungguh-sungguhlah kamu di dalam rumah, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu"
kemudian disandingkan dengan pepatan Arab,
"Man jadda wajada ~ Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapat hasil ~ There is a will, there is a way!"
Landasan berpikir spiritual pun menyambung apa yang saya jalani hari ini, menjadikan tiap nafas dan apa yang saya baktikan pada keluarga sebagai sebuah ibadah untuk mendapatkan ridha-Nya.
Sumber Artikel : Siapa Yang Sungguh-Sungguh, Ia Akan Meraih Cita-cita https://www.rumahquran.info/?p=2150
“Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang bersungguh-sunggug diantara kamu dean belum nyata orang-orang yang sabar".
(Qs. Ali Imran : 142)
Saya juga teringat nilai-nilai yang ditanamkan line manager saya saat bekerja dulu: Learning, Practicing (hands on project), then Sharing (to others). Beliau memberikan banyak sekali pelatihan-pelatihan teori kepada tim sebelum memulai sebuah proyek, walau terkadang kami harus learning by doing dengan membaca teori dari e-book yang memang disediakan oleh HQ. Setelah proyek selesai, maka diadakanlah knowledge sharing, katanya biar ilmunya lebih nancep. Sharing ini
bersifat seperti pengulangan, karena ada kalanya saat di proyek
terdapat tantangan dan tidak semua yang ada di teori itu sukses
dilakukan, maka sharing ini juga sebagai pengingat bagi diri sendiri
juga dokumentasi jika suatu hari ada rekan kita mengalami hal serupa di
proyek lainnya.
Kesamaan Nilai, Kesamaan Prinsip
hidup untuk saling mengisi, melengkapi, memahami, dan menghargai...
#kelasPRAbunsay
#diving
oleh : Mar'atul Azizah (@rizazizah) - mahasiswi kelas Bunda Sayang batch #6 regional Bekasi
Sumber Artikel : Siapa Yang Sungguh-Sungguh, Ia Akan Meraih Cita-cita https://www.rumahquran.info/?p=2150
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan buat curcol Anda tentang postingan ini :)
terima kasih atas komentarnya
riza