Pages

Berjuang Bersama Nasrullah

Namanya Muhammad Nasrullah, bocah berusia 1.5 tahun dari keluarga kurang mampu menderita retinoblastoma, tumor ganas yang berkembang di sel retina mata. Pekerjaan ayah Nasrul (sapaan akrab Muhammad Nasrullah.red) adalah pedagang ikan di pasar, sedangkan ibu Nasrul hanyalah ibu rumah tangga biasa.
Nasrul dan keluarga tinggal di Kampung Bojong Sompok, Desa Tegal, RT.07/05, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Retinoblastoma (Rb), seperti yang dijelaskan sebelumnya, merupakan sel kanker yang berkembang dengan cepat dan daerah perkembangan akarnya adalah di sel retina, jaringan mata pendeteksi cahaya. Ya, penderita retinoblastoma ini akan mengalami kebutaan karena ketidakmampuannya menangkap cahaya.

Hari ini menjadi rekaman kami menyaksikan dan mendengarkan langsung kehidupan Nasrul dan keluarga. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dari kampus UI Depok, berikut kami sajikan cerita lengkapnya.

Nasrul merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara.

Ketika pertama kali tiba di teras rumahnya, kami dipesankan untuk tidak berisik. Karena ternyata Nasrul mengalami apa yang mungkin bisa disebut “shock” atau bahkan “trauma” dengan kehadiran suara orang yang tidak dikenalnya. Kenapa? Menurut penuturan orang tua Nasrul, hal ini dimungkinkan karena ketakutan Nasrul ketika matanya pertama kali diperiksa oleh dokter. Dan saya tidak perlu jelaskan lebih detil, Anda bisa bayangkan sendiri bagaimana ketika mata Anda kemasukan benda asing kecil dan membuat mata Anda terasa perih begitu hebatnya. Bedanya, yang dialami Nasrul adalah seperti yang terlihat di foto.

Nasrul dan keluarga tinggal di sebuah bangunan rumah permanen, tetapi tanpa ada kemewahan di dalamnya. Semua harta benda keluarga Nasrul telah habis dipergunakan untuk biaya pengobatan kakak kandung Nasrul. Ialah (alm.) Hilda. Ya, sekitar 4 tahun yang lalu, (alm.) Hilda, kakak sulung Nasrul mengalami hal serupa. Ketika itu, beban biaya operasi memanglah dibebaskan berkat adanya jamkesda. Namun ternyata jamkesda tidaklah mengakomodir semua biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan pengobatan sang kakak. Terutama kemoterapi yang biayanya super dahsyat. Banyak orang mengatakan bahwa kemoterapi dilakukan untuk penyakit orang kaya. Sehingga kemoterapi tidaklah masuk dari bagian fasilitas yang di-support untuk jamkesda atau askeskin atau asuransi untuk keluarga kurang mampu lainnya. Saya pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat kenyataan pahit ini.

Pada kasus (alm.) Hilda, sekali melakukan kemoterapi, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.6juta. Biaya tersebut belumlah termasuk biaya obat (lain, diminum). Ketika masa itu, keluarga hanya sanggup menebus separuh resep obat sebesar Rp.6juta (juga). Semua biaya ini pun dibayar hutang kepada pihak Rumah Sakit dengan jaminan dari warga setempat. Kemoterapi pun harus dilakukan seminggu sekali. Silahkan rekan-rekan hitung sendiri berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk 6-10 kali proses kemoterapi dan obat yang hanya separuh resep itu. Ya, (alm) Hilda menjalani proses itu sebanyak 6-10 kali sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Biaya di atas belum termasuk biaya sewa rumah singgah (kontrakan) yang ditempati selama proses pengobatan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kondisi jarak tempuh yang cukup jauh (Bogor-Jakarta) dan kapasitas kamar rumah sakit yang terbatas.

4 bulan ini, hingga sekarang, Nasrul sedang berjuang dengan penyakit itu, dengan sel-sel ganas yang terus menggerogoti tubuhnya. Sedangkan sudah hampir 2 pekan surat jaminan askes dari pusat belum turun. Karena ternyata, dengan perhitungan biaya perkiraan yang sangat besar di luar kemampuan pemerintah daerah tersebut, dan tanpa adanya jaminan biaya untuk perawatan di RSCM Jakarta sebagai Rumah Sakit rujukan, Nasrul belum tersentuh medis yang seharusnya. Hingga tulisan ini hadir di depan Anda, Nasrul barulah mendapat perlakuan dari puskesmas Desa Tegal tempat tinggalnya dan pemeriksaan dari RS. Cibinong.

Awalnya mata kanan, tapi sekarang mata kirinya pun telah buta, dan sel kanker itu akan semakin menjalar jika tidak bergerak cepat.

Dan jika rekan-rekan menanyakan estimasi biaya yang harus dikeluarkan, tentulah kami tak dapat merincinya secara detil.

Nasrul tidaklah berjuang sendiri, karena kami percaya, rekan-rekan ada untuk berjuang bersama menyelamatkan hidup Nasrul, menghadirkan kembali senyuman di wajahnya seperti anak-anak kecil lainnya.

Bagi rekan-rekan yang ingin membantu berupa donasi, dapat langsung disalurkan melalui Sosmas BEM UI baik diantarkan ke lantai 2 pusgiwa UI, atau mentransfer ke :

BSM 1637003770 a.n. Dana Sosial BEM UI

Mandiri 157-00-0112179-8 a.n. Akbar Nikmatullah Dahlan

BNI (a) 0129586849 a.n. Mar'atul Azizah

BNI (b) 0201952189 a.n. Destiyani

BCA 7370211706 a.n. Chandra Iman

Mohon dengan sangat untuk melakukan konfirmasi ke 0857.1980.6606 dengan format :
Nama – Instansi – Nama Bank – Jumlah Ditransfer

================
“Allahumma Robbannaas azhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi laa syifaa’an illa syifaa’uka syifaa’an yaa yughoodiru saqoman”
 (“Yaa Allah Rabb sekalian manusia, hilangkanlah kesengsaraan ini dan sembuhkan ia. Karena sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh dan tidak ada kesembuhan melainkan hanya dari-Mu yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lagi”)

page FB : https://www.facebook.com/pages/PEDULI-NYAWA-NASRUL/150615261703552
salam,
Mar'atul Azizah
Kepala Departemen Sosial Kemasyarakatan BEM UI 2011

#TogetherInExcellence

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan buat curcol Anda tentang postingan ini :)

terima kasih atas komentarnya
riza