Pages

cerita Rasya #1

Mulai menulis bukan hobby baru bagiku, namun kesempatan yang tersisa dari waktu senggang memang membuatku meninggalkan hobby ini.

Sampai akhirnya, otakku sudah penuh menyimpan jutaan memory yang terekam begitu saja. Ibarat data di komputer, mungkin hanya sekedar ter-save beberapa saat, kemudian delete permanently. Ada yang tersisa di recycle bin, namun hanya bayangan, tanpa cerita full version-nya.

Hari ini, jemariku tergelitik untuk menari lincah di atas keyboard. Menceritakan kejadian beberapa waktu lalu ketika akhirnya aku bertemu sahabat lamaku.

Ini tentang suatu petang ketika aku baru pulang dari sebuah forum pemuda se-Indonesia. Kebiasaanku men-silent HP memang belum berubah. Berisik, pikirku selalu. Sejak break makan siang, aku memang disibukkan sebagai operasional yang kerjaannya kesana-kemari memastikan semuanya siap.

Hingga akhirnya kudapatkan 4 panggilan tak terjawab dari rumah, 2 dari ibu - wah ada apa kah gerangannya di rumah? pikirku sejenak, 2 dari Angger - sahabat lamaku yang jarang sekali ber-telpon atau BBM-an atau sejenisnya denganku dan tiba-tiba sekarang? - dan BBM dari Ayu, dan terakhir BBM dari Angger. What? Angger ada apa ya? Tumben banget.

"Lagi dimana?"
Kalimat pertanyaan yang aneh banget dilayangkan oleh seorang Angger via BBM. Tak kubalas hingga akhirnya kubaca BBM dari Ayu yang juga menanyakan hal sama.

"Lagi dimana, Sya? Angger ngajakin kita makan bareng nih. Mau nraktir katanya."
Ayu adalah sahabatku juga, kami sering bersama dalam "project", pun dengan Angger. FYI, Ayu adalah partner-in-crime-nya Angger bersama Teh Yeyen - sahabatku juga, namun karena begitu wise-nya beliau, aku dan teman-teman sangat "hormat" dan kenapa panggilan "Teh" itu melekat? Itu pastinya karena dia yang urang Sunda asli.

Aku pun tersadar, mereka menghubungiku sejak pukul 4 sore tadi.
Bergegas pun aku jawab.
"Wah, traktiran? mau banget, lagi laper nih!"

Sent!
langsung ku-copy-paste untuk kukirimkan juga ke Angger. Sent!

Keluar dari Wiladatika, tempat forum seminggu bersama pemuda brilliant se-Indonesia itu, kuarahkan Jazz hitam-ku ke Depok. 5 menit kemudian, kelap-kelip layar BlackBerry-ku menggoda untuk kuraih. Nama Angger bertengger disana,

"Assalamu'alaikum...", kalimat ritual yang selalu kuucapkan pertama kali ketika mengangkat telpon - tentunya jika aku mengenal lawan bicaraku sebagai Muslim - aku ucapkan dengan senyum yang pastinya tak terlihat oleh lawan bicaraku itu.

"Wa'alaikumsalam, lagi dimana lo sekarang?"
Suaranya yang khas, sungguh masih aku ingat dengan kental nada lembut itu.

"Lagi di jalan, baru pulang FPI."

"Kebiasaan silent BBnya kok ga ilang-ilang sih?"

AKu hanya tertawa renyah mendengar kompleinnya.

"Malah ketawa sih? Emang ada yang lucu? Kalo ada telpon penting gmn? Misalnya lo keterima scholarship di luar dan harus konfirmasi saat itu juga kan rugi banget kalo ga lo angkat, Sya!"

Masih dengan tawaku yang belum terhenti aku pun menjawabnya santai,
"Iya, iya, sorry... Abisnya tadi aku sibuk banget, maaf yaa.."

"Selalu deh. Yaudah, sekarang lo dimana? Bisa jemput gue? Masih lapar kan? Gue 1 jam lagi sampe di GOR Cibubur, deket Wiladatika."

"Yah, kirain mau di Depok, aku uda mengarah ke Depok nih. Yauda deh, aku puter balik. Btw, kenapa aku yang jemput kamu?"

"Gue naik mobil jemputan kantor nih, capek kalo nyetir sendiri. Tau sendiri kan lo kalo gue sendiri pasti bawaannya ngantuk."

"Oke, oke, jadi ketemu dimana nih? Depan GORnya ya?"

"Iya, depan GOR aja. Thank you ya, Sya!"

"Anytime"

klik.

"Dih, kebiasaan deh. Ga ngucapin salam.", aku selalu kesel kalo ada orang ga sopan main tutup telpon tanpa ngucapin salam, apalagi yang muslim tanpa "Assalamu'alaikum".

Aku pun memutar arah kembali ke daerah Cibubur. Sesampainya di depan GOR Cibubur, agak sangsi juga sih, karena aku ga tau apakah benar ini GOR yang dimaksud Angger atau bukan.

Setelah memarkir, kuputuskan untuk menunggu saja di dalam mobil, semenit, 5 menit, hingga hampir setengah jam berlalu. Kuputuskan untuk mencari sedikit udara malam. 15 menit kemudian, tepat pukul 8.10pm, layar BB-ku pun memberitahukan adanya BBM baru, dari Angger.

"Gw uda hampir sampe."

Mataku menelusuri jalanan kecil ini. Kudapatkan sebuah bis putih yang baru saja masuk kawasan aktivitas pemuda dan olahraga ini.

"Bis kamu warna putih? Aku parkir tepat di belakangnya."
cepat aku membalas BBM-nya.

Your Body Is A Wonderland, suara lembut John Mayer mengalun dari BlackBerry-ku, special tone untuk satu-satunya orang di kontak si hitam-ku yang mungil ini.

"gue arah jam 6 dari mobil lo ya."

klik.

Belum sempat sepatah katapun keluar dari bibirku. Ucapannya melalui telpon itu walaupun sedikit membuatku kesal, langsung membuat respon otakku mengarahkan pandanganku untuk mencari sosoknya.

Aku pun langsung menaiki si hitam sexy-ku dan menghampirinya.

Ya, aku memang suka warna hitam, it's so glamour I ever seen.

Tanpa basa-basi, dia pun membuka pintu tumpangan di samping supir dan duduk. Sebelum menutup pintu mobil, "stop! kamu yang nyetir ya! Capek nih.", pintaku kemudian.

Dia pun menurutiku, padahal aku tahu dia tak kalah lelahnya dengan apa yang aku lakukan hampir seminggu ini dengan forum yang aku ikuti itu dan berbagai kegiatan ekstra di kampus.

"Mau makan dimana?", dia pun memulai pembicaraan kami.

"Terserah."

"Lo yang milih deh. Tapi kita ke ATM dulu ya."

"Kok aku yang milih? Kan kamu yang nraktir."

"Ayolah, lo yang milih!"

"hmm... aku pengen ayam bakar.", kemudian aku memutuskannya.

Setelah beberapa waktu menunggunya di mobil dan sosoknya hilang di balik pintu ATM, dia pun kembali duduk di balik kemudi.

"Jadi?", tanyanya yang ku yakin hanya sekedar mengulang keputusanku tentang pilihan tadi.

Aku pun menoleh, sekedar menatap matanya, tersenyum simpul, memantapkan pilihanku tadi, "Ayam bakar!"

Oh Tuhan, senyumnya, senyum yang sudah lama sekali tak kulihat...

Yaa... Inilah pertemuan pertamaku sejak mungkin setahun atau 2 tahun tak pergi bersamanya, hanya berdua bersamanya...
Kenangan-kenangan yang dulu pernah aku jalani bersamanya pun berkelabat dahsyat memenuhi memory otakku yang tentunya sudah ada alarm pertanda kepenuhan atau bahkan hampir drop. Agak lebay memang. Tapi itulah, semua canda tawa bahkan hingga isak tangis yang tak kunjung reda, mewarnai persahabatan kami dahulu. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan buat curcol Anda tentang postingan ini :)

terima kasih atas komentarnya
riza